1 Kakak 7 Ponakan, Mitos Sisifus di Urban Jakarta

Bernadette Sariyem Suara.Com
Sabtu, 19 Juli 2025 | 20:47 WIB
1 Kakak 7 Ponakan, Mitos Sisifus di Urban Jakarta
1 Kakak 7 Ponakan (x.com)

Di tengah situasi yang tampaknya tanpa makna, manusia dipaksa menciptakan maknanya sendiri.

Awalnya, Moko melakukannya karena kewajiban. Namun perlahan, cinta yang tulus tumbuh.

Merawat ketujuh ponakannya bukan lagi sekadar beban peninggalan sang kakak, tapi menjadi panggilan jiwa (a calling), satu-satunya hal yang memberi hidupnya arti di tengah kekacauan.

Sejumlah kritik

Yandy terlihat memoles film ini dengan cara ia menggunakan kamera. Sudut pengambilan gambar yang ganjil bukan sekadar gaya. Itu adalah mata Moko yang lelah, perspektifnya yang miring terhadap dunia.

Pencahayaan yang seringkali temaram bukanlah estetika kosong. Itu adalah cerminan jiwanya yang meredup, yang hanya sesekali diterangi oleh senyum polos para ponakannya.

Setiap frame adalah puisi visual tentang kelelahan dan ketegaran.

Meski efektif secara tematis, pendekatan ini berisiko menguji kesabaran sebagian penonton.

Ada beberapa segmen di bagian tengah film yang terasa sedikit terseret, di mana penderitaan Moko dieksploitasi berulang kali tanpa memberikan progresi naratif atau wawasan emosional yang baru.

Baca Juga: Game Legendaris Assassin's Creed Resmi Digarap Jadi Serial Live-Action

Alih-alih memperdalam simpati, ada potensi munculnya emotional fatigue atau kelelahan emosional pada penonton, membuat mereka sedikit berjarak dari layar.

Lalu, ada pula penampakan "orbit yang terlalu ramai di sekitar matahari". Moko adalah matahari di tata surya film ini.

Semua karakter lain adalah planet yang mengorbit di sekelilingnya. Ini efektif untuk menunjukkan betapa terpusatnya beban pada dirinya.

Akibatnya, karakter pendukung terasa kurang mendapat pendalaman yang sepadan.

Ketujuh ponakan, meskipun diperankan dengan baik, seringkali berfungsi lebih sebagai "kolektif masalah" ketimbang individu dengan busur ceritanya masing-masing.

Kita melihat kesedihan dan kebutuhan mereka, tetapi jarang sekali menyelami dunia batin, ketakutan, atau harapan mereka secara spesifik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI