Asmara Satu Malam Temaram di Kampung Cinta

"Pelanggan saya macam-macam. Ada pengusaha, orang angkatan (militer), anggota dewan, bahkan pejabat," tuturnya.
Suara.com - Kampung Cinta, demikian sebuah desa terpencil di Subang, Jawa Barat, biasa disebut. Meski sulit diakses, desa itu bak kembang bertabur madu yang mengundang kumbang dari penjuru negeri untuk hinggap. Sebab di daerah itu, melacurkan anak gadis seperti kelaziman.
SUARA kodok ngorok cukup kencang sahut-menyahut sepanjang jalan menuju sebuah kampung di Subang, Jawa Barat, Rabu (6/3/2019) malam pekan lalu.
Paras kampung itu tak tampak berbeda dengan desa-desa kecil lain. Suasana pedesaan kental terasa: bebunyian binatang malam berpadu dengan sepi dan penerangan yang temaram.
Hamparan petak sawah mengelilingi perumahan warga yang cenderung sunyi dan terpencil. Kalau dari Pemanukan, Jalur Pantura, membutuhkan waktu sekitar 30 menit agar sampai di sana.
Baca Juga: Ridwan Kamil Kabarkan Jawa Barat Provinsi Toleran, Denny Siregar: Rizieq Shihab Tertawa Membaca ini
Oleh warga setempat maupun orang-orang luar, daerah itu beken disebut sebagai Kampung Cinta, tempat gadis-gadis belia direstui oleh orangtuanya untuk menjajakan diri di rumah-rumah mereka sendiri.
Kampung Cinta tak tampak seperti lokalisasi pelacuran lazimnya. Tak ada ingar-bingar gemerlap prostitusi. Tapi di sana, terdapat banyak rumah berisi para pelacur belia.
Mereka rata-rata usia muda, dari 16 sampai 25 tahun. Bahkan, tak sedikit yang masih duduk di bangku SMA.
Sabila, bukan nama sebenarnya, sudah setahun lebih menjadi PSK. Gadis 16 tahun ini sudah berhenti sekolah dan menjadi pelacur rumahan untuk membantu ekonomi keluarganya.
Praktik prostitusi itu ia lakukan di rumahnya sendiri, dengan sepengetahuan orangtua.
"Saya biasa 'main' dengan tamu di rumah sendiri, kadang di luar. Sehari saya dapat tamu dua. Bapak tahu saya kerja begini (PSK), di kampung saya sudah biasa," kata Sabila kepada Suara.com.