Bayang-bayang Kasus Stunting di Yogyakarta Karena Ancaman Anemia dan Asap Rokok

Senin, 28 Oktober 2024 | 18:21 WIB
Bayang-bayang Kasus Stunting di Yogyakarta Karena Ancaman Anemia dan Asap Rokok
Ilustrasi anak stunting di Yogyakarta (Suara.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
pemeriksaan anak berisiko stunting di RPG Yogyakarta (Dok. Dinkes Yogyakarta)
Pemeriksaan anak berisiko stunting di RPG Yogyakarta (Dok. Dinkes Yogyakarta)

Pada tahun 2021, tim Kalyanamitra melakukan kajian mendalam untuk melihat lebih dekat kaitan antara dimensi gender dan kejadian stunting di masyarakat, dengan fokus pada tiga desa di Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo, DIY, selama periode 2019-2021. Melalui lensa gender, Kalyanamitra berupaya memahami lebih dalam bagaimana relasi kuasa dalam rumah tangga, pembagian kerja berbasis gender, serta norma sosial dan keluarga turut mempengaruhi stunting di wilayah ini.

Dimensi gender yang menjadi sorotan mencakup berbagai aspek seperti relasi kuasa antara suami dan istri, pembagian peran berdasarkan gender, hingga norma-norma sosial yang berlaku di tengah masyarakat. Selain itu, penelitian ini juga melihat bagaimana hak, kewajiban, serta hambatan yang dialami perempuan dan laki-laki dalam keluarga dapat berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap kondisi stunting.

Temuan menarik dalam kajian ini menunjukkan bahwa upaya menurunkan angka stunting di tiga desa tersebut tidak cukup hanya melalui intervensi medis. Menurut Lilis, faktor stunting juga erat kaitannya dengan ketimpangan gender yang dialami perempuan dalam ranah domestik dan publik. Hal ini diperparah dengan belum digunakannya pendekatan gender sebagai metode untuk menganalisis faktor-faktor penyebab stunting di Kulon Progo.

Kajian Kalyanamitra ini merekomendasikan agar pemerintah desa mengambil langkah lebih inklusif, seperti mengembangkan kebijakan yang mendukung keadilan gender. Meski prinsip pengarusutamaan gender sudah diintegrasikan dalam penyusunan kebijakan mulai dari tingkat nasional hingga ke desa, kenyataannya implementasi di lapangan masih jauh dari harapan. Banyak kebijakan hanya berhenti di atas kertas tanpa pemahaman mendalam atau integrasi nyata dalam pelaksanaannya.

“Kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan,” kata Lilis.

Terkait kolaborasi lintas sektor, Aan mengakui ini menjadi kendala utama yang dihadapi dalam upaya penanganan stunting di Kota Yogyakarta. Ia mengambil contoh penyaluran PMT untuk ibu hamil, ibu menyusui dan anak berisiko stunting, memerlukan pengawasan kuat agar bantuan tersalurkan tepat sasaran.

“Harus ada yang mengawasi sehingga memang sebenarnya upaya kita bersama, kerjasama kita dengan pihak lain harus dikuatkan. Walaupun sudah baik, tetap harus dikuatkan lagi,” ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI