Ini Bocoran Strategi Bisnis BRI Era Manajemen Baru, Pondasi Diproyeksi Makin Kuat

Ini Bocoran Strategi Bisnis BRI Era Manajemen Baru, Pondasi Diproyeksi Makin Kuat


Suara.com - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) di bawah kepemimpinan jajaran manajemen yang baru hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 24 Maret 2025, mengumumkan langkah strategis untuk mentransformasi sisi pendanaan (funding) perseroan.

Fokus utama transformasi ini adalah mengakselerasi perolehan dana murah (current account and savings account/CASA) dari berbagai segmen nasabah, mulai dari ritel hingga korporasi.

Direktur Utama BRI, Hery Gunardi, dalam konferensi pers daring Paparan Kinerja Keuangan BRI Kuartal I Tahun 2025 di Jakarta, Rabu (30/4/2025), mengungkapkan bahwa transformasi liabilitas atau pendanaan menjadi prioritas utama strategi BRI ke depan.

"BRI akan melakukan transformasi dari sisi liabilitas atau funding. Caranya bagaimana? Kita harus mengakselerasi transformasi CASA di segmen consumer, SME (UKM), dan kita lakukan juga penguatan dari sisi perolehan liabilitas ataupun DPK atau CASA dari sisi wholesale banking," tegas Hery Gunardi, dikutip Suara.com via Antara.

Ia mengakui bahwa portofolio bisnis BRI saat ini didominasi oleh penyaluran kredit kepada segmen UMKM. Namun, visi BRI ke depan adalah untuk mencapai pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan, yang tidak hanya bertumpu pada sisi pemberian kredit (lending) tetapi juga memiliki fondasi pendanaan yang kuat.

"Sebenarnya kalau kita bicara mengenai banking game itu adalah game funding. Jadi kita ingin di BRI hari ini dan di masa-masa yang akan datang, memiliki kekuatan dari sisi funding, terutama dana murah, low cost fund," jelasnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, BRI akan memaksimalkan potensi mesin perbankan ritel yang dimilikinya, termasuk super apps BRImo yang hingga akhir Maret 2025 telah menjangkau 40,28 juta pengguna. BRI berencana melakukan penyempurnaan berkelanjutan pada user interface (UI) dan user experience (UX) serta menambah fitur-fitur inovatif pada BRImo untuk meningkatkan daya tarik dan kenyamanan pengguna, sehingga mendorong peningkatan transaksi dan penempatan dana murah di BRI.

Selain BRImo, BRI juga akan mengoptimalkan berbagai engine pendanaan lainnya yang telah ada, seperti jaringan luas AgenBRILink yang menjangkau pelosok negeri, platform QLola yang diperuntukkan bagi nasabah korporasi, serta sinergi yang lebih erat dengan berbagai perusahaan anak BRI Group. "Filosofinya, pada akhirnya kalau transaksi nasabah ada di BRI, tentunya dengan demikian dana murahnya juga akan ada di BRI," imbuh Hery Gunardi.

Direktur Finance and Strategy BRI, Viviana Dyah Ayu Retno K., menambahkan bahwa transformasi dari sisi pendanaan merupakan langkah krusial bagi keberlanjutan bisnis perseroan. Ia menyoroti bahwa porsi dana murah (CASA) BRI, yang terdiri dari tabungan dan giro, saat ini masih tertinggal dibandingkan dengan beberapa bank kompetitor. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan CASA menjadi sangat penting.

Viviana Dyah Ayu Retno K. menjelaskan potensi dampak positif dari peningkatan CASA. Jika BRI berhasil menurunkan biaya dana (cost of fund/CoF) sebesar 50 basis poin (bps) saja, hal ini tidak hanya akan berdampak positif pada profitabilitas perseroan, tetapi juga akan memberikan manfaat signifikan bagi nasabah UMKM yang menjadi fokus utama BRI.

"Sekarang total DPK BRI itu menyentuh Rp1.400 triliun. Kalau dikalikan dengan 0,5 persen saja, impact-nya itu tidak hanya dirasakan oleh BRI, tetapi juga akan dirasakan oleh nasabah UMKM yang selama ini menjadi main nasabahnya BRI melalui potensi pemberian lending rate yang mungkin lebih baik untuk teman-teman kita yang ada di MSME," ujarnya.

Sebagai informasi, pada triwulan I 2025, BRI berhasil menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp1.421,6 triliun, di mana mayoritasnya merupakan dana murah (CASA) dengan proporsi mencapai 65,77 persen atau setara dengan Rp934,95 triliun. Pencapaian CASA BRI pada periode ini menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan porsi CASA pada periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 61,66 persen.

Dari sisi penyaluran kredit, BRI mencatatkan angka sebesar Rp1.373,66 triliun pada triwulan I 2025, dengan segmen UMKM mendominasi portofolio kredit dengan porsi mencapai 81,97 persen atau senilai Rp1.126,02 triliun.

Lebih lanjut, Hery Gunardi menyampaikan bahwa transformasi BRI tidak hanya terbatas pada sisi pendanaan. Perseroan juga akan terus memperkuat bisnis inti pada segmen UMKM, sambil secara strategis mengembangkan potensi bisnis pada segmen lain seperti konsumer melalui produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan BRIguna.

Selain itu, BRI juga berfokus pada penerapan kerangka manajemen risiko yang adaptif dan mampu mendukung pertumbuhan bisnis perseroan secara berkelanjutan. Dari sisi operasional, BRI berkomitmen untuk terus meningkatkan efisiensi dan mewujudkan operasional yang unggul agar turnaround time BRI dapat bersaing secara efektif dengan para kompetitor di industri perbankan.

Tidak hanya fokus pada aspek bisnis, BRI juga menyadari pentingnya membangun fondasi yang kuat dari sisi sumber daya manusia (human capital). Oleh karena itu, pengembangan talent management dan program pelatihan yang komprehensif akan terus menjadi prioritas BRI dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten dan adaptif terhadap perubahan.

Dengan kepemimpinan baru dan fokus yang jelas pada transformasi pendanaan serta penguatan bisnis inti, BRI optimis dapat terus mencatatkan pertumbuhan yang berkelanjutan dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia.