BRI Siapkan Jurus Jitu Kerek UMKM Naik Kelas di Tengah Meningkatnya Tantangan Ekonomi

BRI Siapkan Jurus Jitu Kerek UMKM Naik Kelas di Tengah Meningkatnya Tantangan Ekonomi


Suara.com - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) menunjukkan komitmen yang kuat untuk terus mendukung pertumbuhan segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di tengah proyeksi perlambatan konsumsi rumah tangga. Bank dengan fokus utama pada pemberdayaan UMKM ini menegaskan akan tetap menerapkan pendekatan yang bertumbuh namun dengan prinsip kehati-hatian (selektif) dalam menyalurkan kredit kepada sektor ini.

Direktur Manajemen Risiko BRI, Mucharom, dalam konferensi pers daring terkait Paparan Kinerja Keuangan BRI Triwulan I Tahun 2025 pada Rabu (30/4), menjelaskan bahwa pendekatan ini merupakan langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan bisnis BRI di masa depan.

Mengingat portofolio kredit BRI yang didominasi oleh segmen UMKM, menjaga kualitas pembiayaan pada sektor ini menjadi prioritas utama perseroan.

"Kemudian yang kedua (strategi menjaga kualitas kredit), tentunya kita memperkuat fungsi monitoring dan early warning system, sehingga dapat mengetahui kondisi nasabah dan antisipasi apabila terjadi potensi pemburukan," ungkap Mucharom, menekankan pentingnya sistem peringatan dini dalam mengelola risiko kredit.

Lebih lanjut, Mucharom menyampaikan bahwa BRI tidak hanya fokus pada penyaluran kredit semata, tetapi juga aktif memberikan edukasi dan pemberdayaan kepada para pelaku UMKM. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas usaha UMKM agar mereka dapat naik kelas dan menjadi lebih tangguh (resilient) dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi yang mungkin timbul.

BRI memiliki beragam program pemberdayaan yang telah berjalan efektif, seperti Desa BRILiaN, Klasterku Hidupku, hingga Rumah BUMN. "Melalui program-program tersebut, BRI tentunya tidak hanya fokus pada akses pembiayaan, tapi juga bagaimana kita bisa memberikan pelatihan usaha, literasi keuangan, dan pendampingan sehingga juga UMKM ini bisa naik kelas," jelas Mucharom, menggambarkan pendekatan holistik BRI dalam mendukung UMKM.

Di bawah kepemimpinan manajemen baru yang diangkat pada RUPST 24 Maret 2025, BRI tengah melakukan peninjauan kembali terhadap framework risk management perusahaan. Mucharom menjelaskan bahwa BRI sedang menata ulang organisasi manajemen risiko agar dapat lebih efektif menyeimbangkan sekaligus mengawal pertumbuhan bisnis perseroan.

"Mitigasinya juga tentunya kita perkuat. Kita juga fokuskan lagi kembali ke retail risk dan wholesale risk, termasuk juga IT dan juga digital risk kita, kita lihat kembali," ujar Mucharom, mengindikasikan adanya pembenahan menyeluruh dalam pengelolaan risiko di berbagai lini bisnis BRI.

Selain itu, BRI juga memperkuat fondasi dari sisi kapabilitas dan kapasitas sumber daya manusia. Peninjauan kembali sistem dan tools yang sudah ada juga menjadi fokus, termasuk sistem credit rating, fraud detecting system, hingga early warning system.

"Kita lihat kembali tentunya credit rating kita ini yang lebih granular dan mungkin lebih bisa membedakan per masing-masing sektor ekonomi, per masing-masing region sehingga kita bisa melihat risiko secara lebih detail lagi," imbuh Mucharom, menyoroti upaya BRI untuk memiliki sistem penilaian risiko yang lebih akurat dan terukur.

Terakhir, BRI juga melakukan evaluasi terhadap seluruh proses bisnis untuk mengidentifikasi potensi perbaikan (improvement) dalam setiap aktivitas yang ada. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional perusahaan secara keseluruhan.

Langkah strategis BRI ini didukung oleh kinerja keuangan yang solid pada triwulan pertama tahun 2025. Pada periode tersebut, BRI berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp13,80 triliun dengan total aset mencapai Rp2.098,23 triliun, tumbuh 5,49 persen secara tahunan.

Dari sisi penyaluran kredit, BRI mencatatkan angka Rp1.373,66 triliun, di mana segmen UMKM mendominasi dengan porsi mencapai 81,97 persen atau sebesar Rp1.126,02 triliun. Kualitas aset BRI juga terjaga dengan baik, tercermin dari rasio non-performing loan (NPL) dan loan at risk (LAR) yang terus membaik menjadi masing-masing 2,97 persen dan 11,12 persen. BRI juga memiliki rasio NPL coverage yang kuat sebesar 200,60 persen sebagai langkah antisipasi potensi pemburukan kualitas aset.

Dari sisi pendanaan, BRI berhasil menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp1.421,6 triliun, dengan dana murah (CASA) mendominasi sebesar 65,77 persen atau Rp934,95 triliun. Likuiditas dan permodalan BRI juga berada pada level yang sehat, dengan loan to deposit ratio (LDR) sebesar 86,03 persen dan capital adequacy ratio (CAR) sebesar 24,03 persen.

Strategi BRI untuk tetap tumbuh secara selektif dalam menyalurkan kredit UMKM di tengah potensi perlambatan ekonomi menunjukkan komitmen yang kuat terhadap segmen ini sebagai motor penggerak perekonomian.

Dengan fokus pada kualitas kredit, pemberdayaan UMKM melalui program komprehensif, dan penguatan framework manajemen risiko di bawah kepemimpinan baru, BRI optimis dapat terus mendukung pertumbuhan UMKM secara berkelanjutan. Kinerja keuangan yang solid pada triwulan pertama 2025 menjadi modal yang kuat bagi BRI untuk menjalankan strategi ini dan menghadapi tantangan ekonomi di masa depan.