Pergerakan IHSG Diproyeksi Makin Tenggelam Imbas Serangan AS ke Iran

Achmad Fauzi Suara.Com
Senin, 23 Juni 2025 | 08:14 WIB
Pergerakan IHSG Diproyeksi Makin Tenggelam Imbas Serangan AS ke Iran
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (9/3).

Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,88 persen pada perdagangan sebelumnya, diiringi dengan aksi jual bersih oleh investor asing yang mencapai sekitar Rp 2,74 triliun.

Sejumlah saham perbankan papan atas menjadi sasaran utama aksi jual tersebut, antara lain BBCA, BMRI, BBRI, BRMS, dan BBNI.

Menurut Fanny Suherman, CFP, Head of Retail Research BNI Sekuritas, tekanan terhadap IHSG diperkirakan masih akan berlanjut seiring memburuknya kondisi geopolitik global, khususnya setelah Amerika Serikat (AS) melakukan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran pada akhir pekan lalu.

"Setelah AS menyerang Iran weekend lalu, IHSG dapat kembali koreksi ke target minggu lalu di 6.800," ujar Fanny dalam riset hariannya, Senin (23/6/2025).

Ia memproyeksikan, IHSG memiliki area support di kisaran 6.800–6.850, sementara level resistensi berada di rentang 6.950–7.000.

Pengunjung melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (18/3/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Pengunjung melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (18/3/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]

Arah pergerakan indeks diperkirakan akan sensitif terhadap perkembangan situasi di Timur Tengah dan respons pasar global terhadap potensi intervensi militer lanjutan dari Amerika Serikat.

Sentimen Global Tekan Pasar

Kekhawatiran investor terhadap eskalasi konflik antara Israel dan Iran terus membayangi pasar global. Pada Jumat (20/6), bursa saham AS ditutup bervariasi dengan kecenderungan melemah. Indeks S&P 500 turun 0,22 persen, Nasdaq melemah 0,51 persen, sementara Dow Jones naik tipis 0,08 persen.

Investor mencermati pernyataan Gedung Putih bahwa Presiden Donald Trump akan mengambil keputusan dalam dua minggu terkait potensi keterlibatan langsung AS dalam serangan ke Teheran.

Baca Juga: Kinerja Positif, Pelita Air Raih Laba Setelah Pajak Sebesar 5,9 Juta Dolar AS

Ketegangan ini kian meningkat setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan militer menyerang target strategis Iran, dan mendapat kecaman keras dari Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang menyebut tuntutan Trump sebagai “ancaman konyol”.

Pasar saham AS juga tertekan oleh sektor teknologi, terutama saham-saham semikonduktor, usai laporan The Wall Street Journal yang menyebutkan adanya pertimbangan pencabutan izin khusus oleh pemerintah AS terhadap produsen chip.

Saham Nvidia turun 1,12 persen, Taiwan Semiconductor Manufacturing merosot 1,87 persen, dan ETF VanEck Semiconductor (SMH) melemah 0,88 persen.

Bursa saham Asia-Pasifik menunjukkan pergerakan yang beragam. Investor masih mencermati data ekonomi dari China, khususnya keputusan suku bunga pinjaman satu tahun dan lima tahun yang akan diumumkan dalam waktu dekat.

Indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,22 persen, Topix melemah 0,75 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan naik 1,48 persen dan Kosdaq menguat 1,15 persen.

Di sisi lain, indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,21 persen, Hang Seng Hong Kong naik 1,26 persen, dan Shanghai Composite melemah tipis 0,07 persen.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI