Sepak Bola Jepang: Dirintis Sejak 128 Tahun Lalu hingga Ditopang Lotere

Galih Prasetyo Suara.Com
Rabu, 30 Oktober 2024 | 08:00 WIB
Sepak Bola Jepang: Dirintis Sejak 128 Tahun Lalu hingga Ditopang Lotere
Ilustrasi sepak bola Jepang [Ist]
Pemain Timnas Jepang Takefusa Kubo (AFP)
Pemain Timnas Jepang Takefusa Kubo (AFP)

Di era 1920 sampai 1940, muncul turnamen-turnamen sepak bola antara sekolah di seluruh Jepang. Dari kompetisi antar wilayah, kemudian menjadi turnamen nasional---seperti Piala Soeratin di Indonesia.

Pada era yang sama, tim sepak bola juga berkembang di tingkat universitas. Kompetisi sepak bola antar kampus pun jadi trend dan menjadi tempat pencarian bibit muda sepak bola Jepang.

Bahkan perkembangan turnamen sepak bola antar kampus di Jepang membuat tim dari negara tetangga Korsel ikut berpartisipasi. Pada 1935, tim bernama Hansong atau yang dikenal All Keijo menjadi tim sepak bola Korsel yang ikut bermain di Jepang.

Kehadiran tim Korea itu rupanya memicu perdebatan di Jepang. Uniknya, saat tim nasional Jepang lolos ke Olimpiade 1936 di Berlin, dua pemain dari Korea memperkuat tim Samurai Biru itu.

Salah satu pemain itu ialah Kim Yong-sik. Pemain kelahiran Seoul ini membela Jepang di 3 laga dan mencetak 1 gol.

Di Olimpiade 1936 Berlin, Jepang sempat jadi sensasi karena sukses mengalahkan wakil Eropa Swedia dengan skor 3-2. Bagi orang Jepang, momen ini mereka kenal dengan sebutan, 'Keajaiban Berlin'.

Sepak Bola Jepang Pasca Perang Pasifik

Pasca perang Pasifik 1945, sepak bola di Jepang sempat diupayakan untuk dilarang oleh pemerintah. Cap sebagai budaya barat jadi alasannya.

Pemerintah dan militer Jepang menginginkan para pemuda giat berlatih olahraga beladiri. Baru pada 1950, sepak bola Jepang kembal bergeliat.

Baca Juga: Daftar Peraih AFC Annual Awards 2023: PSSI dan Timnas Indonesia Tanpa Penghargaan!

Sejumlah turnamen level nasional pun mulai diadakan, salah satu Piala Kaisar. Namun menurut hasil penelitian John Horne dan Derek Bleakley, selama 40 tahun kemudian sepak bola di Jepang masih bersifat amatir.

Bek Jepang Hiroki Sekine dan gelandang Irak Karrar Mohammed Ali bersaing untuk mendapatkan sundulan saat pertandingan semifinal Piala Asia U23 2024 antara Jepang melawan Irak di Stadion Jassim Bin Hamad, Doha, Qatar, Senin (29/4/2024). [Karim JAAFAR / AFP]
Bek Jepang Hiroki Sekine dan gelandang Irak Karrar Mohammed Ali bersaing untuk mendapatkan sundulan saat pertandingan semifinal Piala Asia U23 2024 antara Jepang melawan Irak di Stadion Jassim Bin Hamad, Doha, Qatar, Senin (29/4/2024). [Karim JAAFAR / AFP]

Baru setelah perusahaan-perusahaan jadi penyokong, sepak bola Jepang lambat laun mencoba untuk jadi semiprofesional.

Pada 1954, Tokyo Kogyo menjadi tim sepak bola perusahaan pertama yang berdiri di Jepang. 4 tahun kemudian berdiri Yawata Steel. Tahun 1960, Furukawa Electric jadi tim perusahaan pertama yang meraih trofi Piala Kaisar.

Saat Indonesia diguncang dengan huru hara 1965, di Jepang mulai diadakan Liga Sepak Bola Jepang atau JSL. Liga ini mempertemukan tim-tim dari perusahaan.

JSL mulai menarik perhatian publik Jepang pada sepak bola. Data pada 1968 menunjukan pertandingan JSL rata-rata ditonton 7.491 penonton per pertandingan. Angka ini tinggi karena di tahun yang sama Jepang sukses meraih medali perunggu di Olimpiade Meksiko.

Namun saat itu Jepang belum sangat populer, apalagi sejumlah media Jepang masih memandang sebelah mata olahraga ini. Laporan Japan Times yang publish 6 November 2001 menyebutkan JSL bisa diangga kompetisi sukses.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI