Di beberapa situasi, pemain belakang dituntut berperan aktif membantu mengalirkan bola. Di formasi ini, bek diwajibkan tak hanya bisa tackling namun juga melepaskan crossing yang akurat ke lini tengah.
Situasi ini membuat jumlah pemain yang terlibat dalam sirkulasi bola menjadi lebih banyak. Pep Guardiola sangat suka dengan situasi permainan seperti ini.
![Gelandang Timnas Jepang, Hidemasa Morita yang merupakan pemain andalan Sporting CP asuhan Ruben Amorim yang kini menjadi pelatih baru Manchester United. [Dok. Instagram/@mrt_510]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/11/13/27199-gelandang-timnas-jepang-hidemasa-morita-yang-merupakan-pemain-andalan-sporting-cp.jpg)
Maka tak mengherankan jika Moriyasu saat gunakan formasi 3-4-2-1 memasang tiga bek dengan akurasi crossing sangat baik, yakni Ko Itakura, Koki Machida dan Shogo Tamiguchi.
Serta ada dua gelandang sentral yakni Wataru Endo dan Hidemasa Morita. Menerapkan formasi ini, Moriyasu jelas menginginkan Jepang mengontrol permainan.
Semakin luas area dimana bola dimainkan, maka tim tersebut akan semakin mudah untuk mengontrol permainan, mendominasi penguasaan bola, sekaligus akan mempersulit usaha lawan untuk melakukan pressing.
Dua gelandang tengah Jepang, Morita dan Endo punya tugas berbeda. Satu bertugas sebagai gelandang jangkar, lainnya menjadi attacking midfielder akan memberikan keseimbangan dalam permainan.
Sementara dua gelandang serang di formasi 3-4-2-1 bertugas sebagai penghantar antara lini depan dan lini belakang. Dua winger akan dapat membongkar dan mengeksploitasi pertahanan lawan dengan menyisir masing-masing sisi lapangan.
Satu striker akan selalu bergerak bebas untuk mencari ruang dan menerima assist dari sektor sayap ataupun aliran bola dari dua gelandang serang.
Baca Juga: 30 Hari Persiapan, La Grande Indonesia akan Persembahkan Koreo Terbesar Lawan Jepang?