Pascal Struijk juga sempat beberapa kali bermain sebagai gelandang bertahan, walau ia sendiri mengaku posisi itu bukan yang paling ideal baginya.
Lulusan akademi Ajax Amsterdam ini sejatinya sudah mengenakan seragam Timnas Belanda di kelompok umur. Pada 2016, ia dipanggil untuk memperkuat Belanda U-17 di ajang Euro U-17, meski hanya mencatatkan dua penampilan.
“Saya juga pernah bermain sebagai gelandang bertahan sebentar, tapi jujur saja itu bukan posisi ideal untuk saya,” pungkas alumni akademi Ajax Amsterdam itu.
Menariknya, Struijk juga memiliki darah keturunan Indonesia. Saat PSSI menggencarkan program naturalisasi pemain keturunan untuk memperkuat Timnas Indonesia, nama Pascal Struijk sempat menjadi salah satu sosok yang dibidik.
Namun, hingga kini, ia tetap konsisten dengan ambisinya untuk memperjuangkan tempat di skuad senior Belanda.
Dalam perkembangan dunia sepak bola, keputusan pemain naturalisasi atau memilih negara yang dibelanya sering kali menjadi sorotan. Banyak pemain yang akhirnya mengambil jalur membela negara lain demi mendapatkan kesempatan tampil di ajang internasional.
Kasus Pascal Struijk menunjukkan betapa kuatnya ikatan emosional seorang pemain dengan negara yang ia pilih, meski harus menanti dalam ketidakpastian.
Sikap kesetiaan seperti yang ditunjukkan oleh Struijk menjadi hal yang langka di era modern. Di tengah realitas persaingan sengit di dunia sepak bola internasional, di mana banyak pemain rela beralih federasi demi tampil di turnamen besar seperti Piala Dunia atau Euro, Struijk tetap bertahan pada prinsip awalnya.
Kini, masa depan Struijk bersama Timnas Belanda masih menjadi tanda tanya besar. Dengan usia yang masih tergolong matang untuk seorang bek, peluang itu sejatinya belum sepenuhnya tertutup.
Baca Juga: Cyrus Margono Terancam Tak Bersyarat Bela Timnas Indonesia di Piala AFF U-23 2025
Apalagi, performanya bersama Leeds United kerap menunjukkan kualitas yang layak diperhitungkan.