“No Sandy walsh no party,” tulis akun @krisnaexxx.
“Walsh > Deng,” tulis akun @king.of.tacticaxxx.
“What a play Thomas Deng,” tulis akun @akmlmysxx.

Kekesalan netizen Indonesia ini cukup beralasan karena Sandy Walsh dianggap hanya menjadi alat marketing oleh Yokohama F. Marinos.
Perjalanan karier pemain Indonesia di Liga Jepang memang tidak pernah menyisakan kisah manis. Pratama Arhan dan Justin Hubner yang minim kesempatan adalah contoh teranyar sebelum Sandy Walsh.
Kendati Yokohama F. Marinos baru saja memecat Steve Holland dari kursi pelatih, nasib Sandy Walsh belum membaik karena belum juga mendapat kesempatan bermain.
Padahal, banyak yang menilai kontribusi Sandy cukup signifikan ketika diberi kepercayaan. Stabilitas lini belakang Yokohama tampak lebih solid saat Sandy bermain dibandingkan ketika Thomas Deng mengisi pos tersebut.
Di sisi lain, pemilihan pemain di Yokohama kini menjadi sorotan. Tak sedikit yang menilai keputusan-keputusan teknis klub lebih condong mempertahankan pemain yang sudah lebih lama bermain di Liga Jepang, meski performanya tidak selalu meyakinkan.
Harapan besar kini disandarkan pada pelatih baru Yokohama F. Marinos, yang diharapkan bisa lebih adil dalam memberikan menit bermain berdasarkan performa, bukan faktor non-teknis.
Baca Juga: Sandy Walsh Ungkap Suporter di Negara Ini Suka Membentak Beda dengan Fans Jepang
Profil Singkat Thomas Deng