Mempertanyakan Kelayakan Rafael Struick Bela Timnas Indonesia, Statistiknya Patut Dikritisi

Arief Apriadi Suara.Com
Rabu, 21 Mei 2025 | 18:00 WIB
Mempertanyakan Kelayakan Rafael Struick Bela Timnas Indonesia, Statistiknya Patut Dikritisi
Mempertanyakan Kelayakan Rafael Strucik Bela Timnas Indonesia, Statistiknya Layak Dikritisi. (Instagram/@rafaelstruick)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Keputusan Patrick Kluivert memanggil Rafael Struick ke skuad Timnas Indonesia untuk menghadapi dua laga penting melawan China dan Jepang menuai sorotan tajam.

Pasalnya, sang pemain hanya mengoleksi total 40 menit bermain sepanjang tahun 2025 bersama klubnya, Brisbane Roar, di kompetisi Australia.

Meski bukan wajah baru di Timnas Garuda, penurunan performa Struick di level klub menimbulkan tanda tanya besar.

Setelah sempat menjanjikan di awal kedatangannya pada September 2024, performa winger berdarah Belanda-Indonesia ini justru menurun drastis usai tampil di Piala AFF 2024 bersama timnas.

Pada awalnya, Struick sempat mendapat kepercayaan sebagai starter, termasuk ketika menghadapi Macarthur FC pada November 2024.

Namun, selepas kembali dari tugas negara, jam terbangnya merosot drastis. Sejak Januari 2025, ia hanya tampil tiga kali, tanpa satu pun bermain penuh, dan hanya mencatatkan 40 menit di atas lapangan hijau.

Lebih memprihatinkan, dalam tujuh laga terakhir Brisbane Roar, nama Struick bahkan tak tercantum dalam daftar pemain yang dibawa ke pertandingan.

Situasi ini jelas menimbulkan keraguan publik terhadap kebijakan Kluivert yang tetap memasukkan Struick ke dalam skuad timnas.

Namun, dari sudut pandang pelatih, ada alasan tertentu di balik keputusan tersebut.

Baca Juga: Nathan Tjoe-A-On Bertahan di Swansea Meski 'Cadangan Mati', Kapan Kontraknya Berakhir?

Absennya Ragnar Oratmangoen yang biasanya menjadi andalan di lini depan membuat Kluivert membutuhkan opsi alternatif yang sudah punya pengalaman dan pemahaman taktik di timnas.

Struick, meski jarang bermain di klub, dianggap punya chemistry yang baik dengan pemain lain di Tim Garuda.

Kluivert juga tampaknya lebih memprioritaskan kontribusi Struick saat membela timnas dibanding performanya di level klub.

Di berbagai ajang internasional, Struick beberapa kali menunjukkan permainan yang solid, stabil, dan tidak jarang menjadi pembeda.

Tetap saja, keputusan ini menimbulkan pro dan kontra. Bagi banyak pengamat, menit bermain di klub adalah tolok ukur penting untuk menilai kesiapan dan kondisi seorang pemain.

Apalagi, konsistensi performa sangat dipengaruhi oleh ritme pertandingan yang hanya bisa didapat lewat pengalaman bermain reguler.

Namun, dari sisi taktik, kehadiran Struick cukup penting. Ia dikenal fleksibel dan bisa bermain sebagai winger maupun second striker, dua posisi yang sangat krusial dalam skema menyerang.

Kecepatan, kemampuan duel satu lawan satu, serta insting mencetak gol menjadi senjata utama pemain berusia 21 tahun ini, walaupun ketajamannya tetap diragukan karena minimnya jam terbang.

Dua laga melawan China dan Jepang akan menjadi momen pembuktian bagi Struick. Apakah kepercayaan yang diberikan padanya akan dibayar lunas dengan performa gemilang, atau justru menjadi blunder besar? Waktu akan menjawabnya.

Kasus Serupa: Nathan Tjoe-A-On dan Marselino Ferdinan

Nathan Tjoe-A-On Bertahan di Swansea Meski 'Cadangan Mati', Kapan Kontraknya Berakhir. [Dok. IG nathantjoeaon]
Nathan Tjoe-A-On Bertahan di Swansea Meski 'Cadangan Mati', Kapan Kontraknya Berakhir. [Dok. IG nathantjoeaon]

Struick bukan satu-satunya pemain yang menuai kontroversi karena minimnya menit bermain di klub.

Nathan Tjoe-A-On juga kembali dipanggil Timnas Indonesia meski hanya tampil tiga kali bersama Swansea City sepanjang musim 2024/2025.

Pemain bertahan serba bisa ini menjadi sorotan setelah tampil kurang meyakinkan saat Indonesia dibantai 1-5 oleh Australia pada Maret lalu.

Minimnya jam terbang di klub tentu berdampak pada performanya saat tampil bersama tim nasional.

Hal serupa juga terjadi pada Marselino Ferdinan. Meski memulai petualangan barunya di Inggris bersama Oxford United pada musim ini, Lino lebih sering bermain untuk tim U-21 daripada skuad utama.

Penampilan debutnya di level senior EFL Championship belum menunjukkan performa optimal.

Namun, seperti Struick, Marselino tetap mendapatkan kepercayaan penuh dari pelatih.

Alasannya serupa: kontribusinya di timnas selama ini cukup signifikan, bahkan kerap menjadi pahlawan dalam laga-laga penting.

Kontributor : Imadudin Robani Adam

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI