- Setelah pemecatan Gerardo Seoane, kritik fans mengarah ke Direktur Olahraga Roland Virkus yang dinilai gagal
- Filosofi yang digagas Virkus untuk menggabungkan pemain akademi, berpengalaman, dan talenta eksternal dinilai belum terwujud.
- Pergantian pelatih hanya bagian kecil dari masalah. Tantangan utama Virkus adalah membuktikan bahwa “Jalan Borussia” bukan sekadar slogan
Suara.com - Klub Kevin Diks, Borussia Monchengladbach resmi berpisah dengan Gerardo Seoane.
Seoane gagal memenuhi ekspektasi sejak musim pertamanya, hingga akhirnya kepercayaan publik benar-benar habis.
Namun, di balik pergantian pelatih, sorotan kini beralih ke Roland Virkus, sosok yang menjabat sebagai Direktur Olahraga klub.
Virkus, yang kini berusia 58 tahun, tak bisa menghindari pertanyaan-pertanyaan sulit.
Di kalangan suporter, khususnya di media sosial, banyak yang mulai meragukan arah kebijakan yang ia jalankan.
Apalagi, ini sudah menjadi kali ketiga Gladbach berganti pelatih di bawah kepemimpinannya.
![Nama Kevin Diks resmi tercatat dalam buku rekor sebagai pemain Indonesia pertama yang merumput di kasta tertinggi Liga Jerman atau Bundesliga. [Dok. IG/Borussia]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/25/71856-kevin-diks.jpg)
Tentu, hal ini menambah beban sekaligus kritik tajam terhadap kinerjanya.
Sejak Februari 2022, Virkus memperkenalkan konsep Borussia-Weg atau Jalan Borussia — sebuah filosofi yang menggabungkan pemain berpengalaman, lulusan akademi, dan talenta dari luar klub.
Namun, implementasi di lapangan masih jauh dari ideal.
Baca Juga: Susul Kevin Diks, Pemain Keturunan Indonesia Debut di Bundesliga Jerman
Di posisi bek kiri, misalnya, Gladbach memang punya dua talenta muda, Luca Netz dan Lukas Ullrich, tetapi keduanya minim pengalaman.
Lini belakang juga dihuni Fabio Chiarodia sebagai rekrutan muda eksternal, berdampingan dengan Nico Elvedi, Marvin Friedrich, dan Kevin Diks.
Namun, di sektor ini, tak ada produk asli akademi yang benar-benar menonjol.
Sementara di lini tengah, Rocco Reitz bisa jadi simbol keberhasilan akademi, tapi di sektor sayap dan lini depan, pilar-pilar utama seperti Robin Hack, Franck Honorat, Tim Kleindienst, Haris Tabakovi, dan Shuto Machino semuanya bukan produk internal.
Filosofi yang digadang-gadang Virkus pun mulai dipertanyakan, apakah benar Gladbach masih setia dengan jalannya sendiri?
Pergantian pelatih hanyalah satu bagian kecil dari masalah yang lebih besar.