Dari Getah Lontar Jadi Cuan, Berikut Kisah Desa Hendrosari yang Bangkit Bersama BRI
Suara.com - Di hamparan 190 hektare lahan Desa Hendrosari, Kecamatan Menganti, Gresik, rimbunnya pohon lontar bukan hanya menjadi panorama alam, namun denyut ekonomi masyarakat. Desa ini sejak lama dikenal sebagai sentra petani legen, penghasil minuman tradisional dari getah bunga lontar, dengan potensi ribuan pohon yang menopang kehidupan banyak keluarga.
Potensi itu semakin bersinar setelah hadirnya Wisata Edu Lontar Sewu, yang dibangun sejak 2019 melalui program PIID-Pel Kementerian Desa. Menurut Arifi, pengelola Lontar Sewu, tujuan besar pengembangan wisata ini adalah menggerakkan ekonomi warga dengan memanfaatkan potensi alam desa.
"Kami punya pohon lontar yang cukup banyak, ada 3.600 pohon, kemudian kami punya potensi alam yang cukup menunjang, dan UMKM yang cukup banyak. Tujuan kami mendirikan wisata adalah untuk mengangkat ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan potensi alam yang ada tersebut," ujarnya.
Kini, 63 karyawan dan 47 UMKM ikut tumbuh bersama destinasi ini. Semua pekerja merupakan warga lokal, diperkuat oleh BUMDes Hendrosari yang aktif mengelola usaha dan memperluas dampaknya. Bahkan, di masa kejayaannya, UMKM di sekitar wisata mencapai lebih dari 103 pelaku usaha.
"Tumbuhnya Edu Wisata ini membuat banyak warung dan usaha mandiri bermunculan,” ujar Aristoteles, Direktur BUMDes Hendrosari.
Petani Legen Bangkit Bersama Klaster: Dulu Keliling Pasar, Sekarang Pembeli yang Datang
Salah satu tokoh yang merasakan perubahan nyata adalah Abdul Manab, Ketua Klaster Legen. Ia sudah menjadi petani legen sejak 2007, memahami betul proses pengolahan dari bunga lontar hingga menjadi minuman segar tidaklah mudah.
"Dulu kami keliling dari pasar ke pasar untuk jualan. Sekarang pembeli yang datang sendiri ke desa wisata," tuturnya.
Namun perubahan paling besar dirasakan sejak hadirnya dukungan permodalan dari BRI. Menurut Abdul Manab, petani legen kini tak lagi khawatir produk mereka cepat rusak.
"Banyak bantuan dari BRI, termasuk KUR dan program pengadaan mesin pendingin. Sudah ada 10 mesin pendingin diberikan. Ini sangat penting karena legen asli tidak bisa disimpan sembarangan," jelasnya.
Dengan penyimpanan di freezer, kualitas rasa dan aroma tetap terjaga sehingga petani tidak mengalami kerugian saat ada sisa produk.
BRI menjadi mitra yang tidak hanya memberi pembiayaan, tetapi juga solusi konkret yang langsung menjawab kebutuhan pelaku usaha lokal.
Sementara itu, Abdul Mujid Junaidi, Kepala Unit BRI Domas, melihat potensi besar Hendrosari sejak awal. Ia bersama tim perlahan melakukan edukasi keuangan, mendorong literasi simpan-pinjam, hingga akhirnya Desa Hendrosari menjadi bagian dari program Desa BRILiaN.
Direktur Mikro BRI, Akhmad Purwakajaya, menjelaskan, Desa BRILiaN merupakan program strategis BRI yang menumbuhkan kemandirian ekonomi desa melalui empat pilar yakni, Penguatan BUMDes dan koperasi des, digitalisasi melalui BRImo dan BRILink, keberlanjutan ekonomi desa, serta inovasi masyarakat desa.
"BRI terus melakukan pendampingan dan pemberdayaan. Saat ini sudah lebih dari 5.000 desa BRILiaN di seluruh Indonesia," ujarnya.
Hendrosari menjadi salah satu desa yang merasakan manfaatnya melalui penguatan ekosistem UMKM, edukasi finansial, hingga pembiayaan usaha.
Kades Hendrosari: BRI Membuat Warga Kami Tidak Tertinggal Lagi
Kepala Desa Hendrosari, Asna Hedi Seputro, menegaskan bahwa keberhasilan desa hari ini tak lepas dari dukungan berbagai pihak, terutama BRI yang memberikan pelatihan dan bantuan usaha kepada warga.
"Warga kami jadi tidak tertinggal lagi. UMKM bisa berkembang, pendapatan meningkat, dan wisata menjadi lebih maju," ujarnya.
Potensi alam telah menjadi jembatan menuju kemandirian ekonomi Desa Hendrosari. Dengan dukungan pemerintah desa, BUMDes, UMKM lokal, dan terutama pemberdayaan berkelanjutan dari BRI, desa ini menunjukkan bahwa pengelolaan potensi lokal mampu menciptakan masa depan yang sejahtera dan lestari.
BRI bukan hanya hadir sebagai lembaga keuangan, tetapi mitra yang ikut menanam harapan bagi keberlanjutan ekonomi desa mulai dari petani legen, pelaku UMKM, hingga seluruh warga yang kini menikmati hasil kemajuan bersama.***