Roger Ebert, seorang kritikus ternama, mengakui pesona Chan dengan menyatakan, "Dia sangat disukai sehingga jika Anda membiarkannya, dia akan memikat Anda."
Film ini memberikan Chan lebih banyak kesempatan untuk memamerkan kebolehannya dibandingkan beberapa film Amerika-nya yang lain pada saat itu, dengan beberapa set aksi yang mengesankan, termasuk kejar-kejaran seru di jalanan Dublin.
Adegan-adegan kecil di mana Jackie Chan dengan lincah melompati gerbang atau menyelinap di antara kontainer pengiriman sering kali terasa lebih otentik dan mengagumkan daripada pertarungan besar yang didukung CGI.
Namun, di sisi lain, film ini dikritik keras karena ketergantungannya pada efek visual dan wire-fu (adegan pertarungan dengan bantuan kawat).
![The Medallion, film yang dibintangi Jackie akan tayang malam ini di Indosiar. [YouTube]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/15/65199-film-the-medallion.jpg)
Ketergantungan ini memungkinkan "Jackie Chan yang menua untuk lebih bersandar pada kawat dan efek khusus dan mengurangi aksi yang mempertaruhkan leher."
Para kritikus juga menyoroti kelemahan fundamentalnya. Film ini digambarkan dikelilingi oleh "lubang pembuangan dari plot yang tidak masuk akal, penceritaan yang tidak dapat dipahami, dan karakter-karakter yang sekokoh semen basah."
Nada film ini terasa canggung, tidak sepenuhnya terasa seperti film Hong Kong maupun film Amerika, melainkan sebuah "versi yang dilemahkan dan campur aduk dari gaya kedua negara."
Warisan Aneh Sebuah Eksperimen
Meskipun plotnya dianggap tidak masuk akal dan sering kali kacau, elemen komedi yang dibawakan oleh Lee Evans sebagai Arthur Watson menjadi salah satu daya tarik utamanya.
Baca Juga: Review Transporter 3, Film Laga Jason Statham Tayang Malam Ini di Trans TV
Karakternya yang lebih mirip Johnny English daripada James Bond berhasil menyuntikkan humor segar, dan seorang pengulas mencatat bahwa dihadapkan pada pilihan antara lucu dan dapat dipercaya, "The Medallion benar untuk memilih lucu."
Pada akhirnya, The Medallion dikenang sebagai sebuah eksperimen yang menyenangkan namun gagal.
Film ini adalah tontonan ringan yang, meskipun tidak akan memenangkan penghargaan untuk naskah terbaik, tetap menular dengan rasa senang berkat kehadiran Chan di layar.
Roger Ebert menyimpulkannya dengan baik: "Saya tidak ingin melihatnya dua kali, tetapi saya suka melihatnya sekali."