Banyak orang yang mendapati dirinya menyerang pasangannya, rekan kerja, teman, orang tua, dan bahkan orang asing hanya karena merasa stres karena permasalahan keuangan.
Dilansir Psychology Today, sayangnya, tidak satu pun dari orang-orang ini yang tahu mengapa dia sangat marah. Seringkali dia juga sangat malu dengan situasi keuangannya dan menyembunyikannya dari orang lain. Sehingga kemarahanlah yang dapat dilihat oleh orang-orang di sekitarnya.
Uang adalah tentang emosi dan merupakan salah satu pemicu emosional yang paling kuat dalam hidup kita. Uang memang dekat dengan hati, dan bagi sebagian orang bisa menjadi pemicu kemarahan karena butuh banyak waktu dan tenaga untuk mendapatkannya.
Mungkin mereka merasa marah pada diri sendiri karena sulit pergi berbelanja atau tidak menabung cukup uang. Mungkin mereka marah pada diri sendiri karena tidak bertanggung jawab. Atau mungkin marah kepada orang tua karena mewariskan kondisi keuangan yang buruk atau tidak mengajari mereka tentang uang. Mereka bahkan mungkin marah pada dunia tentang situasi ini.
Apa yang terjadi ketika kita marah? Pengalaman kemarahan yang berkepanjangan atau intens berkontribusi pada kondisi fisik seperti insomnia, kehilangan nafsu makan, kelelahan kronis, sakit kepala, sakit perut, sesak di tenggorokan, peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, masalah pencernaan, dan penyakit jantung.
Selain itu, orang yang menahan frustrasi karena kesulitan keuangan cenderung membentak, memaki, mengancam orang lain, mendorong, memukul, bermusuhan, dendam, marah, cemas, mati rasa, depresi, menangis, rendah diri, hingga konsumsi alkohol atau obat-obatan.