Selain berjuang untuk memenangkan kompetisi, Gerald mengaku turnamen internasional juga sangat mengubah caranya berpikir, karena di sini ia tidak hanya berjuang untuk berlomba, tetapi juga mendapatkan banyak pengalaman berharga dan mengenal teman-teman dari seluruh dunia dengan latar belakang budaya berbeda.
"Bagi saya, kita bisa berteman dengan banyak orang dan saling belajar atau menambah wawasan tentang hal-hal yang terjadi di negara lain. Karena tidak hanya berlomba, di sana kita juga membuat booth yang mewakili masing-masung negara untuk mengenalkan budaya masing-masing,” jelas Gerald.
Meski dipertemukan karena kekompakan dan visi yang sama, mereka bertiga datang dari minat dan kegemaran yang berbeda. Untuk itu, tiga siswa ini memanfaatkan waktu luang dengan hobinya masing-masing untuk menyegarkan otak.
Chloe memiliki hobi bermain musik dan menulis, sementara Gerald hobi bermain game, dan Gwyneth menghabiskan waktu luang dengan hobi kesenian tari modern.
Ke depannya, Chloe dan Gerald sedang mempersiapkan diri untuk bertarung di konferensi Model United Nations (MUN) di tahun depan. MUN merupakan sebuah konferensi yang dikenal sebagai simulasi sidang di PBB. Tidak sedikit anak muda yang ingin berpartisipasi dalam simulasi pembahasan isu global tersebut.
“Persiapannya masih sama yaitu belajar dan diskusi tentang berbagai topik,” kata Gerald.
Bagi ketiganya, berdebat adalah salah satu keahlian penting yang berguna untuk masa depan. Keahlian ini membantu generasi muda untuk berpikir kritis, terbuka dan belajar bagaimana caranya untuk bernegosiasi yang bermanfaat untuk kemampuan mereka dalam menyelesaikan masalah.