"Jadi, kita tidak hanya wisata alam berupa pendakian, tapi wisata edukasi juga. Wisata keluarga," tambah Aunul Khoil.
Meski pendapatan perkapita cukup tinggi, lanjut Aunul, namun tingkat pendidikan masyarakat di wilayah itu masih rendah.
Salah satu jasa ojek Lembah Kahung, Siswanto mengaku ekonomi keluarga ditopang berprofesi layanan ini. Termasuk bersama temannya melayani penyeberangan Waduk Riam Kanan menuju desanya.
"Ya kadang kita ke kota, akhir pekan menjadi ojek," ujarnya pria lulusan SMK.
Sejak lulus sekolah, ia sempat kerja ke kota seberang tapi balik menjadi ojek dengan hasil cukup.
Sementara salah satu pengunjung, Vira mahasiswa semester V dari kampus di Kalimantan Selatan mengaku dua kali mendaki.
"Terakhir 17 agustus, kemarin. Dipuncak gunung upacara bendera," terangnya yang juga anggota mapala.
Menuju pos satu ia menceritakan sajian jembatan gantung Sungai Besar dan shelter panggung kayu.
Berikut aliran sungai dan Pohon Benuang Laki yang usianya 70 tahun. Lanjut jalan terjal yang dulu jalan setapak, disuguhkan sungai hutan dengan bebatuan usia ratusan tahun yang disebut batu ampar.
Baca Juga: Tari Jejer Jaran Dawuk Mewarnai Jazz Gunung Ijen 2024
"Menuju puncak ada air terjun, dan tempat kemping," terang mahasiswi yang menempuh studi di semester lima.
Pada kesempatan itu, Pokdarwis Kahung raya, Desa Belangian, Aranio, Banjar, Hasriani menceritan asal usul desa ini.
Perairan dilewati dulunya desa yang ditenggelamkan untuk kepentingan listrik negara. Akan lebih menguji andrenalin, ada yang disebut Liang Hantu diperairan itu.
"Katanya, leluhur kami bangkit, lari ke sungai hantu," ujarnya.