Kediri berasal dari kata "Ke" dan "Diri" yang berarti diri sendiri atau jati diri. Jika menggunakan penutup apapun, pasti akan terungkap juga aslinya. Jadi, kepura-puraan bisa dengan mudahnya terungkap di sana.
Sebuah legenda menceritakan soal sendang yang menjadi tempat untuk Prabu Jayabaya menyucikan diri. Sebelumnya tempat ini dipakai untuk Keputren, tempat bagi putri-putri Raja dan Permaisuri bersuci.
Di sendang itu terdapat pohon beringin yang disebut dengan "Ringin Sembilan." Awalnya, sebanyak 9 pohon beringin ditanam berdekatan dan tumbuh menyatu. Menurut penuturan juru kunci, di sana banyak pusaka.
Pusaka yang berada di sana bukan sembarangan. Konon katanya, apabila ada yang diberikan wangsit untuk membawa salah satu pusaka dari sana, maka orang tersebut akan mendapatkan sebuah jabatan di negara.
Di sisi lain, Kediri adalah cikal bakal "nagari" yang kelak akan menjadi Nusantara, yakni Kerajaan Kediri. Disebutkan bahwa Kerajaan Medang Kamulang berpindah ke Jawa Timur untuk bergabung menjadi Kerajaan Kediri.
Menurut mitos dari Juru Kunci setempat, alasan presiden takut berkunjung ke Kediri adalah karena daerah tersebut yang punya mahkota. Dengan kata lain, jika presiden ke sana, dianggap mengembalikan mahkota.
Sementara itu, memang ada beberapa penuturan populer soal kutukan bagi pemimpin yang memasuki Kediri. Contohnya yang dituliskan dalam Babad Kadhiri, di mana musuh akan kalah jika menyerang lebih dulu.
Adapun maknanya, jika presiden berani datang ke Kediri justru akan berada di posisi rawan. Dengan kata lain, ia bakal diserang oleh musuh maupun lawan politiknya. Lalu, ada pepatah dari Kalingga soal pemimpin.
Kutukan itu berbunyi "Siapa kepala negara yang tidak suci benar masuk wilayah Kediri, maka ia akan jatuh". Hal ini pun ramai dibahas dan menilai Jokowi penuh dosa sehingga takut tak lagi menjadi penguasa jika ke Kediri.
Baca Juga: Fakta Menarik Jelang Persik Kediri vs Malut United di BRI Liga 1: Ambisi Menang Laskar Kie Raha
Anggota Tim Pokok Pikiran Kebudayaan (PPKD) Kota Kediri, Imam Mubarok alias Gus Barok membenarkan kutukan itu. Ia menyebutkan memang ada mitos perihal Kediri dan kejatuhan seorang pemimpin.