4. Takut Ditolak
Tak ada satu orang pun yang suka ditolak. Namun ketika rasa takut ditolak mulai mengendalikan tindakan dan keputusan seseorang, hal tersebut mungkin menandakan adanya haus validasi.
Ketakutan menyebabkan seseorang menghindari situasi yang berisiko gagal hingga membatasi potensi.
Mungkin banyak orang yang berpegang teguh pada apa yang nyaman dan familiar daripada mengambil risiko. Penolakan bukan cerminan harga diri, anggap saja sebagai kesempatan belajar hal baru.
5. Ada Kebutuhan untuk Disukai
Jika mendapati diri Anda mengubah perilaku atau menekan jati diri Anda agar diterima atau disukai, itu merupakan pertanda Anda haus validasi dari orang lain.
Nilai dirimu tidak ditentukan oleh seberapa besar orang lain menyukaimu, tetapi oleh seberapa besar kamu menyukai dirimu sendiri.
6. Kesulitan Mengatakan "Tidak"
Apakah seseorang mampu mengingat ketika dirinya sendiri menyetujui sesuatu, meski sangat ingin mengatakan "tidak"? Jika ini umum terjadi, mungkin hal tersebut menjadi pertanda ia mencari validasi. Saat merasa sulit berkata tidak, seringkali karena takut mengecewakan atau dianggap tak baik.
Baca Juga: Digosipkan dengan Baim Wong, Olla Ramlan Akui Dekat dengan Sahabat Raffi Ahmad
Ketakutan tersebut dapat membuat orang tersebut berkomitmen berlebihan dan merasa kewalahan. Penting untuk dipahami bahwa mengatakan tidak tidak membuat seseorang menjadi jahat. Ia hanya ingin memprioritaskan kebutuhan diri sendiri.
7. Mengukur Kesuksesan dengan Standar Orang Lain
Indikator paling signifikan bahwa seseorang mencari validasi ketika mengukur keberhasilan berdasarkan standar orang lain.
Jadi, saat mengejar sebuah tujuan, mungkin sebenarnya bukan milik diri sendiri, melainkan hanya senang kala dipuji oleh orang lain.
Kesuksesan seseorang seharusnya ditentukan oleh nilai-nilai dan aspirasi diri sendiri. Bisa berupa pertumbuhan pribadi, kepuasan, dan kebahagiaan. Biarkan hal ini yang menjadi ukuran keberhasilan, bukan malah standar atau persetujuan orang lain.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti