Kapan Malam Rabu Wekasan 2025? Simak Jadwal, Makna, dan Panduan Amalannya

Rifan Aditya Suara.Com
Kamis, 14 Agustus 2025 | 19:32 WIB
Kapan Malam Rabu Wekasan 2025? Simak Jadwal, Makna, dan Panduan Amalannya
Ilustrasi rabu wekasan (freepik) - Kapan Malam Rabu Wekasan 2025? Simak Jadwal, Makna, dan Panduan Amalannya

Suara.com - Memasuki bulan Safar dalam kalender Hijriah, sebagian masyarakat Muslim di Indonesia kembali akan menyambut sebuah tradisi yang telah mengakar kuat secara turun-temurun: Rabu Wekasan.

Tradisi Rabu Wekasan ini sering kali diselimuti berbagai pertanyaan, mulai dari kapan tepatnya pelaksanaannya hingga apa saja amalan yang dianjurkan.

Bagi Anda yang bertanya-tanya, Rabu Wekasan 2025 akan jatuh pada tanggal 20 Agustus 2025, yang bertepatan dengan 26 Safar 1447 H.

Dengan demikian, malam Rabu Wekasan dimulai pada hari Selasa malam, 19 Agustus 2025, setelah matahari terbenam (waktu Maghrib).

Namun, Rabu Wekasan lebih dari sekadar penanda kalender. Ia adalah cerminan akulturasi budaya dan keyakinan spiritual yang kaya makna.

Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk Rabu Wekasan, mulai dari sejarah, mitos yang melingkupinya, hingga panduan amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Apa Makna Sebenarnya Rabu Wekasan?

Secara harfiah, "Wekasan" berasal dari bahasa Jawa yang berarti "terakhir" atau "pungkasan".

Jadi, Rabu Wekasan adalah tradisi yang dilaksanakan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.

Tradisi ini dianut oleh sebagian komunitas Muslim di Jawa, Sunda, dan Madura sebagai momen spiritual untuk memohon perlindungan dari marabahaya.

Baca Juga: Bacaan Doa Menyambut 1 Safar 2025, Kapan Amalan Sunnah Ini Dibaca?

Keyakinan ini salah satunya merujuk pada pandangan yang terdapat dalam kitab Kanzun Najah was Surur karya Syekh Abdul Hamid Al-Qudsy.

Disebutkan bahwa setiap tahun, Allah SWT menurunkan 320.000 macam bala (bencana atau malapetaka), dan puncaknya terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.

Meskipun pandangan ini tidak bersumber dari hadis Nabi Muhammad SAW secara langsung, ia didasarkan pada maqam kasyaf atau keterbukaan spiritual yang diyakini dimiliki oleh sebagian ulama dan waliyullah.

Sejarahnya di Nusantara bahkan dapat ditelusuri hingga abad ke-17 pada masa pemerintahan Sultan Agung dari Keraton Mataram.

Konon, saat kerajaannya dilanda wabah penyakit, Sultan Agung mengadakan ritual tolak bala pada hari tersebut, yang kemudian diwariskan dan berkembang menjadi berbagai tradisi unik di berbagai daerah.

Antara Mitos dan Tradisi Soal Rabu Wekasan

Seiring waktu, muncul berbagai mitos dan pantangan yang dipercaya oleh sebagian masyarakat untuk menghindari kesialan pada hari Rabu Wekasan. Beberapa di antaranya meliputi:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI