"Tidak ada aktivitas, kita juga buka salon kan enggak boleh kalau undang orang masuk, jadi memang ditegur langsung sama Satpol PP yang lewat kalau misalnya kita kumpul," ujarnya.
Virus corona: Transgender sulit mendapat terapi hormon hingga menderita tekanan mental, 'Siapa yang akan berjuang untuk kami agar bisa didengar?' Transgender yang mengganti nama dan menguji nama barunya di kedai kopi Pengaduan perempuan transgender ke Komnas Perempuan: 'Tinggal di kos sendiri pun diusir'
Bantuan yang didapat hanya bisa untuk bertahan hidup, namun jika pandemi ini berjalan lebih lama lagi, mau tak mau dia harus ancang-ancang angkat kaki dari kontrakan karena sudah tak sanggup membayar uang sewa.
"Teman-teman lain juga nggak bisa bayar karena mereka kostnya bulanan semua," tutur Yuli.
Mama Dona, seorang transpuan lansia yang kini usianya menginjak 70 tahun dan selama beberapa tahun terakhir tinggal di rumah singgah mengatakan dia hanya bisa pasrah di tengah pandemi.
"Kita sudah lansia, apa pun sudah sulit semuanya, nggak bisa berbuat apa-apa lagi, kita hanya pasrah," kata dia.
Rentan tertular Covid-19
Mayoritas dari transpuan yang tinggal di Jabodetabek, tinggal di pemukiman kumuh dan sempit sehingga meningkatkan kerentanan untuk tertular virus Covid-19.
Selain itu, faktor pekerjaan yang melibatkan interaksi yang tinggi terhadap orang juga memberikan dampak kerentanan.
Baca Juga: Pasangan Transgender Punya Anak, Jadi yang Pertama di Inggris
Kekhawatiran akan risiko terpapar Covid-19 diakui oleh Atha yang tinggal di pemukiman padat penduduk di Kampung Duri, Jakarta Barat.
Apalagi, kebanyakan transpuan yang tinggal di kawasannya berprofesi sebagai pengamen yang mengharuskan mereka beinteraksi dengan banyak orang.
Keberadaan Satpol PP yang kian ketat menertibkan warga tak mengurungkan niat mereka untuk mencari nafkah demi sesuap nasi.
"Saya pun enggak bisa ngelarang karena kami kan dapat bantuan seminggu sekali, itu pun enggak besar, cuma buat jajan aja. Yang penting aku selalu ingetin, bawa hand sanitizer dan masker," kata dia.
Dia pun mengingatkan teman transpuan yang sebelumnya pandemi menjajakan diri, atau nyebong, untuk tak lagi melakukan pekerjannya tersebut.
Rikky Muhammad Fajar dari Sanggar Seroja menambahkan kelompok transpuan sangat berisiko tertular karena biasanya dalam satu rumah sewaan ditinggali oleh lebih dari delapan orang.