"Itu juga berdampak pada kami dan mendorong kami memulai sesuatu yang berbeda sama sekali. Jika supermarket keliling ini menjadi kisah sukses, itu akan menjadi kesuksesan kami. Jika kami gagal, hanya kami yang bisa disalahkan,” lanjutnya.
Pandemi memacu semangat wirausaha Ulrich Geis mengatakan, gagasan untuk membuka supermarket keliling sebenarnya sudah ada sejak lama.
Tapi masa pandemi akhirnya membuat mereka membulatkan tekad untuk benar-benar mewujudkannya.
"Siapa sih orang lanjut usia mau mau naik bus pulang pergi — bus yang datang hanya dua kali sehari," katanya.
"Dan ke supermarket yang penuh dengan begitu banyak orang malah jadi risiko untuk orang yang takut tertular," tambahnya.
Supermarket keliling bagi banyak pelanggan bukan hanya sekadar tempat berbelanja kebutuhan sehari-hari, melainkan juga tempat pertemuan.
Khususnya orang-orang berusia lanjut senang bercakap-cakap dengan kedua orang muda itu dan saling bertukar berita lokal.
"Itu sudah menjadi bagian dari konsep kami sejak awal," tutur Ulrich Geis.
"Kami tidak hanya berhenti sebentar, menjual barang-barang, lalu cepat-cepat pergi. Kami tinggal lebih lama di setiap desa dan menyediakan waktu juga mengobrol dengan orang-orang. Kami percaya itu sangat penting." (hp/pkp)
Baca Juga: Grab Ambil Alih Jaringan Supermarket Jaya Grocer di Malaysia
