Keduanya juga yang disebut-sebut jadi pemecah kedekatan antara Megawati dan Gus Dur.
"Itu sih soal pengihianatan itu, Akbar Tanjung harus tanggung jawab, waktu itu aku ikut berunding waktu itu Akbar meminta dukungan dari kita [PDIP] untuk menjadi Ketua DPR, kita kasih lah seratus kursi, waktu itu kursi kita ada 130-an" ungkap Panda.
"Dengan janji dia akan mengusahakan 100 kursi ke Mega, tapi tidak terjadi, alasan dia banyak yang tidak setuju perempuan jadi presiden," imbuhnya.
Padahal menurut Panda, 100 kursi dari PDIP sudah memberikan suara untuk menjadikan Akbar Tanjung sebaga Ketua DPR RI.
Hingga kemudian munculah poros tengah yang dibesut oleh Amien Rais untuk mendukung Gus Dur.
"Keduanya ke Amien Rais, waktu itu Amien Rais lah yang mengotaki istilah poros tengah yang kemudian memisahkan Gus Dur dari Mega," kata Panda Nababan.
"Padahal [sebelumnya] dekat sekali, udah kayak kakak beradik lah, aku sendiri jadi saksi bagaimana ke Ciganjur Mega bagaimana dia ke Kebagusan, bagaimana sama-sama ke Blitar ke Tebu Ireng," ujar politikus senior, Panda Nababan.
Mendengar Gus Dur mau jadi presiden, mulanya Megawati tak percaya di mana orang dekatnya malah ikut menyingkirikan Mega sendiri.

"Aku sampai disuruh Mega nanya Gus Dur, beneran mau enggak?" kata Panda.
Gus Dur menyatakan bahwa dia tak ingin ada perpecahan karena ketidak setujuan tokoh islam dengan presiden perempuan. Dengan begitu, Megawati akhirnya ditempatkan sebagai wakil presiden.
Baca Juga: Ganjar vs Puan, Pengamat Prediksi Megawati Tak Akan Usung Anak Sendiri Nyapres, Mengapa?
Sayangnya pada 23 Juli 2001, Gus Dur malah digulingkan MPR yang diketui Amien Rais di mana digantikan oleh Megawati sebagai presiden kelima.