Sementara itu Analis Politik dari Universitas Andalas, Asrinaldi, menilai tumbangnya Golkar di sejumlah Pilkada belum bisa dikatakan karena pengaruh Bahlil sebagai ketua umum baru. Pasalnya, Pilkada ini banyak anomali-anomalinya.

"Saya pikir belum bisa dikatakan terkait dengan kepimpinan Bahalil ya karena ini kan proses pilkada yang banyak anomali dan kita tahu bahwa fenomena pilkada pada 2014 ini ya tidak ada bedanya dengan Pilpres yang mengendepankan aspek kekuatan-kekuatan di luar partai," kata Asrinaldi.
Ditambah lagi, kata dia, karakter masyarakat yang memang sudah jenuh serta mulai cerdas juga untuk memilih dengan tidak terpengaruh dengan endorsement.
"Walaupun di level tertentu juga ada ya Ini menggambarkan bahwa sebenarnya banyak faktor yang menentukan kalahnya partai politik dalam pilkada ini. Tidak hanya kepimpinan dari seorang ketua umum gitu tapi tentu dalam konteks Golkar sendiri ya baru beberapa bulan belum bisa kita katakan sebagai indikasi awal lemahnya kepimpinan Bahlil. Karena ini baru permulaan dalam konteks kontestasi. Kita lihat dalam beberapa bulan dan beberapa tahun ke depan ya terkait kepimpinan Bahlil ini," pungkasnya.