Satu dari sekian banyak persoalan yang cukup menyita perhatian kita akhir-akhir ini ialah krisis ekologis. Persoalan ini menjadi diskusi menarik banyak kalangan dan ditempatkan sederet dengan persoalan-persoalan besar lain seperti politik, ekonomi, dan demokrasi. Betapa tidak, setiap hari kita disuguhkan dengan berita-berita seputar persoalan ekologis. Melalui media cetak, kita membaca beragam berita seputar krisis lingkungan hidup. Mulai dari banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan, badai, hingga pencemaran lingkungan (tanah, air, udara). Di media elektronik seperti televisi, internet, kita juga mendengar dan melihat tayangan seputar persoalan tersebut.
Krisis ekologis mempunyai latar belakang yang sangat kompleks. Setiap masyarakat di seluruh dunia memiliki pengalaman berbeda terhadap kasus ini. Hal ini sangat dipengaruhi oleh keadaan geografis, keanekaragaman budaya, agama, politik, tingkat pengetahuan, tata kelola pemerintahan, hukum dan yang lainnya. Ia tidak hanya bersentuhan dengan tabiat dan mentalitas manusia, tetapi juga bersinggungan dengan struktur penjamin kehidupan manusia itu sendiri. Artinya, persoalan ini mempunyai pengaruh yang luas, tidak hanya bagi kehidupan manusia, tetapi juga keseimbangan kosmos (alam semesta). Pada tataran ini, persoalan ekologi berhubungan erat dengan pola relasi manusia dan alam lingkungan.
Krisis ekologis dalam dunia dewasa ini, sungguh sangat memprihatinkan. Kerugian yang ditimbulkan oleh krisis ini tidaklah sedikit. Banyak manusia mati, harta benda musnah dan negara mengalami kerugian besar akibat persoalan ini. Di Indonesia misalnya, pesoalan ekologis yang sering terjadi ialah banjir dan tanah longsor. Persoalan ini seringkali melanda negri tercinta ini setiap tahunnya. Kerugiannyapun tidak terhitung jumlahnya. Di Ponorogo, misalnya sebanyak 27 orang tewas tertimbun longsor, 35 rumah warga rusak, puluhan hewan milik warga tertimbun material longsor, dan banyak orang lainnya harus mengungsi (Kompas 2/4/17). Di Dusun Dlopo, kecamatan Ngetos, kanupaten Nganjuk, Jawa Timur, sebanyak lima orang tertimbun material longsor, (Kompas,11/4/2017). Masih banyak kasus serupa, yang memperlihatkan kepada kita bahwa kerusakan alam semakin mengancam keberlangsungan hidup kita. Alam semakin tidak bersahabat dengan kita.