Pada awal mula Buddhisme, para penganutnya selalau menunjukan pengalaman ini; Budha yang selalau mengalami pengalaman pencerahan. Budha berarti “yang sudah dicerhi” dan pencerahan itulah bodhi. Budha dan bodhi berasal dari kata yang sama: budh, menyadarkan. Ajaran Budha berdasarkan pencerahan membangunkan dan tujuannya, membimbing orang menuju keselamatan.
Pengalaman sentral dalam hidup Budha disebabkan oleh situasi atau keadaan sekitar yang mengejutkan. Dilahirkan di tengah keluarga bangsawan, Sidharta dibebaskan dari kemewah. Ayahnya menghendaki agar menghindari dia dari segala ancaman dan penderitaan dunia. Tetapi pada suatu hari ia berjumpa dengan, sorang tua, seorang sakit, susung jenaza dan setiap kali penggiring-penggiringnya selalau berkata, “peristiwa ini akan menimpa setiap manusia”. Tiga kenyataan manusia yang tersingkap ini sangat bertentangan dengan Sidharta yang begitu mewah. Umur tua, sakait, dan mati adalah persoalan-persoalan yang coba dipelajari oleh manusia agar menjadi terbiasa dengannya meskipun itu berawal dengan maksud dan keinginannya. Pangeran Sidhartan menghadapi semuanya secara tiba-tiba dalam peristiwa perjumpaan yang mengejutkan dan mengerihkan. Realitas atau symbol ? Ini bukan soal yang jelas, Sidharta telah mengalami keadaan manusia yang fundamental, dalam tragedinya yang paling mendalam. Apalagi lebih dari itu, bukan terjadi hanya dalam hidup yang sekali ini.
Menurut kepercayaan Hindu, yang sebagian besar diterima pulah oleh Budha, roda kehidupan dan kematian akan selalau berputar, mungkin seratus atau seribu kala. Setiap manusia ditentukan untuk reinkarnasi, menjelman kembali, tanpa bisa melarikan diri. Ada hukum sebab akibat “ karma”. Setiap tindakan selalu mendapatkan ganjarannya. Setiap individu terkait pada hasil perbuatannya dalam hidup sekarang dan hidup yang akan datang menjadi lebih baik atau lebih buruk. Ia terperangkap dalam suatu siklus kelahiran kembali dan kematian yang takan pernah berakhir.