Hasil survei tahun 2016 yang dilakukan US Agency For Internasional Development (USAID) cukup mencengangkan. Rata-rata orang Indonesia menonton tayangan televisi selama 300 menit per hari (5 jam per hari), bandingkan dengan rata-rata negara maju, yang penduduknya hanya butuh waktu 60 menit (1 jam per hari). Di sisi lain, anak-anak yang dulu gemar membaca, kini lebih asyik merunduk khusyuk bermain game dan aktif di dunia media sosial (medsos) melalui gawainya.
Globalisasi dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menjadi tuntutan zaman yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut merupakan bentuk perubahan zaman yang memengaruhi kehidupan masyarakat. Namun, generasi dahulu telah membuktikan kepada kita, bahwa walaupun dalam keadaan terbelenggu oleh keterbatasan media, tetapi semangat militansi dan tunak dalam berliterasi tak pernah surut. Sehingga jejak karya agungnya (masterpiece) masih dapat kita nikmati dan pelajari hingga saat ini.
Seiring berjalannya waktu ketika dunia memasuki zaman milenial saat masyarakat terjebak dalam lingkar masyarakat multimedia (cyber society). Akibatnya daya pengaruh cukup kuat terhadap perubahan perilaku sosial yang mendasar pada skala makro dalam kehidupan kita. Tren sosial rupanya lebih mudah diterima daripada nasihat orang tua yang terlanjur dianggap klasik di kalangan remaja. Tren sosial yang ditandai dengan era kencanggihan teknologi memang menjadi boomerang jika tidak bijak dalam menyikapinya. Di era serba digital saat ini, yang menjadi daya tarik bagi anak-anak maupun remaja bukan lagi kegiatan literasi (baca tulis), namun gawai dan televisi.