Infografis
Suara.com - Berikut deretan skandal paling mencengangkan di kancah bulu tangkis atau badminton, di mama beberapa atlet Indonesia masuk dalam daftar ini.
Layaknya olahraga lainnya, bulu tangkis juga diwarnai beberapa skandal yang bisa membuat geger para penikmatnya di seluruh dunia.
Skandal-skandal ini tak hanya terjadi di atas court atau lapangan saja, melainkan juga skandal-skandal yang terjadi di luar lapangan.
Skandal yang hadir pun juga tak hanya berkaitan dengan kiprah atlet di dunia bulu tangkis, tapi juga skandal dalam kehidupan pribadi para atletnya.
Dalam perjalanannya, dunia bulu tangkis memiliki setidaknya tujuh skandal yang sempat membuat gempar dunia badminton.
Apa saja skandal-skandal yang membuat geger tersebut? Berikut daftarnya.
1. Skandal Judi Kento Momota
Pada tahun 2016 lalu, jagat bulu tangkis dihebohkan dengan skanda judi yang dilakukan pebulu tangkis tunggal putra Jepang, Kento Momota.
Ia terlibat skandal judi di sebuah kasino di Jepang. Ia pun tak mengelak atas tuduhan tersebut sehingga dirinya diberi sanksi larangan bertanding dua tahun sehingga absen di Olimpiade Rio 2016 dan Piala Thomas 2016.
Baca Juga: Jadwal Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2023: 10 Wakil Indonesia Ramaikan Hari ke-3
2. Skandal Video Tak Senonoh Mirip Jonatan Christie
Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie juga pernah tertimpa skandal yakni video syur yang mirip dengannya pada 2019 lalu.
Saat itu, video yang tengah masturbasi itu diduga mirip dengannya. Tapi kemudian pihak keluarga membantah bahwa orang di video itu adalah Jonatan Christie.
3. Skandal di Olimpiade London 2012
![Pasangan pebulutangkis ganda putri Indonesia, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu, di India Open. [Dok. PBSI]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2018/02/03/56266-ganda-putri-indonesia-greysia-polii-dan-apriyani-rahayu.jpg)
Pada gelaran Olimpiade London 2012, terdapat skandal yang menyeret banyak pebulu tangkis ganda putri, termasuk ganda putri Indonesia, Greysia Polii dan Meiliana Jauhari.
Skandal tersebut adalah mereka dianggap mencederai sportivitas karena dianggap sengaja mengalah di laga terakhir fase grup agar bisa bertemu lawan mudah dan menghindari rekan senegaranya di babak selanjutnya.
