Suara.com - Sebuah laporan baru-baru ini mengungkap bila serangan ransomware sepanjang 2022 meningkat sebesar 80 persen dari tahun ke tahun.
Laporan tersebut juga memperlihatkan bila penjahat dunia maya selalu berhasil menghindar dari penegakan hukum.
"Jelas bahwa serangan ransomware sedang meningkat," kata Matthew Prince, CEO Cloudflare, dikutip dari TechCrunch, Sabtu (19/11/2022).
![Ilustrasi seorang peretas dan komputer yang telah terserang ransomware. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2017/09/22/22083-ransomware.jpg)
Dalam hasil survei yang dilakukan pada September lalu, sambung Matthew, satu dari setiap empat responden melaporkan menerima serangan atau ancaman ransomware.
"September jadi bulan tertinggi sepanjang 2022," ungkapnya.
Survei juga menunjukkan bila 2022 bukan hanya menjadi tahun terburuk untuk serangan ransomware secara statistik, akan tetapi terberat pula.
Pada tahun lalu, peretas berfokus pada infrastruktur penting dan layanan keuangan. Sedangkan 2022 fokus peretas lebih pada organisasi dimana mereka dapat menimbulkan kerusakan paling besar.
Tercatat sepanjang tahun ini ada sejumlah serangan besar yang berhasil dilakukan para penjahat dunia maya.
Sebuah serangan di Los Angeles Unified School District membuat peretas Vice Society membocorkan data sensitif sebesar 500 gigabyte, termasuk laporan hukuman sebelumnya dan penilaian psikologis siswa.
Baca Juga: Cara Mudah Nonton Piala Dunia 2022 Lewat TV Digital atau Streaming
Serangan paling dahsyat di 2022 terjadi saat peretas mencuri data raksasa asuransi kesehatan Australia Medibank dan mengakses sekitar 9,7 juta data pribadi pelanggan dan data klaim kesehatan terhadap hampir setengah juta pelanggan.