-
EA dikonfirmasi diakuisisi investor Saudi senilai 55 miliar dolar AS.
-
Akuisisi ini jadi terbesar kedua di industri game setelah Microsoft–Activision.
-
Transaksi menuai kontroversi soal "sportswashing" dan potensi monetisasi agresif EA.
Suara.com - Pada pekan lalu, muncul rumor yang mengungkap bila investor kakap asal Arab Saudi bakal mengakuisisi Electronic Arts (EA). Kabar tersebut akhirnya dikonfirmasi langsung oleh EA pada Senin (29/09/2025).
Sebagai pengingat, saham Electronic Arts (EA) naik sebesar 14,87 persen saat rumor beredar pada pekan lalu.
Dalam 5 hari terakhir, saham EA semakin melonjak di angka 202 dolar AS atau meroket 16,38 persen (perhitungan 25-30 September 2025). Saham Electronic Arts (EA) naik sebesar 14,87 persen.
Electronic Arts (EA), raksasa di balik judul-judul ikonik seperti Apex Legends, Battlefield, The Sims, dan seri EA Sports FC, telah mengonfirmasi akuisisi senilai 55 miliar dolar AS (Rp 835 triliun).
Kesepakatan ini menempatkannya sebagai transaksi terbesar kedua dalam sejarah industri game, hanya di belakang akuisisi Activision Blizzard oleh Microsoft.

Sebagai referensi, akuisisi Activision Blizzard oleh Microsoft menelan 68,7 miliar dolar AS atau Rp 1.150 triliun.
Namun sebagai catatan, pembelian EA oleh investor dapat menjadi salah satu akuisisi terbesar dengan leverage di industri game.
Pembelinya bukan pemain biasa, melainkan sebuah konsorsium investor swasta yang dipimpin oleh Dana Investasi Publik (PIF) Arab Saudi, bersama Silver Lake dan Affinity Partners yang didirikan oleh Jared Kushner.
Langkah ini menandai pijakan yang lebih besar bagi Arab Saudi dalam industri game global. PIF, yang diketuai oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman, secara agresif telah menanamkan miliaran dolar di perusahaan game lain seperti Nintendo dan Take-Two.
Baca Juga: realme 15 Pro Game of Thrones: HP Epik dengan Teknologi Dragonfire dan Desain Bisa Berubah Warna
Bagi EA, kesepakatan ini disebut akan “mempercepat inovasi dan pertumbuhan guna membangun masa depan hiburan.”
Andrew Wilson akan tetap memimpin sebagai CEO, memastikan adanya kesinambungan di pucuk pimpinan.
"Ke depannya, kami akan terus mendobrak batasan hiburan, olahraga, dan teknologi, membuka peluang-peluang baru. Bersama mitra kami, kami akan menciptakan pengalaman transformatif untuk menginspirasi generasi mendatang," ujar Wilson dalam pernyataannya dikutip dari Polygon.
Namun, akuisisi ini tidak lepas dari kontroversi. Keterlibatan PIF Arab Saudi memicu perdebatan mengenai isu hak asasi manusia dan tuduhan "sportswashing"—upaya menggunakan investasi di bidang populer untuk memperbaiki citra global.
Kekhawatiran tersebut membayangi langkah strategis kerajaan untuk mengurangi ketergantungan ekonominya pada minyak.
Di sisi lain, para investor menunjukkan optimisme tinggi.