Suara.com - Asri Welas mendapat karunia tak biasa dari Allah. Putra keduanya, Rayyan Gibran Ridha Rahardja terlahir dengan sejumlah penyakit yang mengiringi.
Lelaki cilik yang biasa disapa Gibran mengidap katarak kongential sejak bayi. Kondisi diperparah dengan masalah sinkronisasi otak kiri dan kanan, yang berdampak pada lambatnya proses tumbuh kembang Gibran.
Di tengah berbagai keterbatasan Gibran, Asri Welas tak menyerah untuk memberikan yang terbaik untuk putranya. Berbagai cara Asri tempuh agar Gibran tetap bisa belajar dan menempuh pendidikan seperti anak-anak lain.
Sempat kesulitan mencari sekolah, Asri Welas akhirnya menemukan tempat belajar yang dirasa cocok untuk Gibran. Di sana, ada metode pendidikan khusus yang dipakai untuk mengajarkan Gibran dalam membaca, menulis dan berhitung.
Lantas, seperti apa cerita pendidikan khusus yang didapat Gibran lewat kehendak kuat Asri Welas untuk mengajarkan berbagai ilmu ke putranya? Berikut, hasil perbincangan Suara.com dengan Asri Welas.
![Asri Welas bersama putranya, Gibran. [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/06/14/25444-asri-welas.jpg)
Mbak Asri, perkembangan kondisi Gibran sekarang seperti apa?
Masih terapi sensorik sama motorik. Gibran itu kan usianya 6 tahun, tapi perkembangannya seperti usia 4 tahun, sama seperti adiknya.
Untuk pendidikan Gibran seperti apa, Mbak Asri? Apakah masih terkendala dalam mencari sekolah?
Alhamdulillah, Gibran sudah sekolah.
Gibran menempuh pendidikan formal atau ada metode khusus?
Kalau sekolah lain kan ada kelasnya. Jadi guru di depan, muridnya di belakang semua, duduk. Nah, kalau sekolahnya Gibran nggak, one by one, pakai alat. Namanya kelas montessori.
Seperti apa bentuk pendidikan yang didapat Gibran di sekolah tersebut?
Kan dia keterbatasan mata, jadi medianya lewat hal lain. Salah satunya pakai pasir, nulisnya lewat pasir. Jadi nulis dari 1 sampai 50 dia udah bisa, cuma memang pakai pensilnya belum mau. Kalau untuk ukuran besar kecil, dia pakai boks. Nanti disusun, dari besar ke kecil atau kecil ke besar. Menghitung juga gitu. Sebelum belajar di pensil dan kertas, dia pakai kapur sama pakai barang.
Dengan sistem pendidikan tersebut, apakah Gibran bisa mengikutinya dengan baik?
Ngerti. Jadi kalau misal ditunjukkin, ‘Itu angka berapa?’, itu dia tahu. Misal nanti ditanya, ‘Gimana nulisnya?’ Dia nulis di angkasa.