Kisah Bukit Peramun, Selamatkan Belitung dari Ancaman Krisis Air

Minggu, 10 November 2019 | 08:49 WIB
Kisah Bukit Peramun, Selamatkan Belitung dari Ancaman Krisis Air
Destinasi wisata alam Bukit Peramun, Belitung. (Suara.com/Pebriansyah Ariefana)

Paket kedua jelajah hutan dengan waktu tempuh 3 jam. Penjelajah akan menemukan 12 spot titik khas hutan Bukit Peramun. Di antaranya kayu berusia ratusan tahun.

"Pengunjung bisa masuk ke dalam akar pohon itu," kata Adong.

Paket itu dibanderol Rp 160 ribu per orang. Paket ini sudah termasuk makan siang dan coffee break.

Ada pula paket sekolah alam yang membanderol harga Rp 85 ribu. Paket ini untuk anak-anak dengan mendapatkan makan siang.

Destinasi wisata Bukit Peramun, Belitung. (Suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Destinasi wisata Bukit Peramun, Belitung. (Suara.com/Pebriansyah Ariefana)

Terakhir paket menyaksikan hewan langka jenis primata tarsius. Tarsius adalah primata dari genus Tarsius, suatu genus monotipe dari famili Tarsiidae, satu-satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes.

Meskipun grup ini dahulu kala memiliki penyebaran yang luas, akan tetapi semua spesies yang hidup sekarang jumlahnya terbatas dan ditemukan di pulau-pulau di Asia Tenggara.

Tarsius tidak pernah sukses membentuk koloni pembiakan dalam kurungan, dan bila dikurung, tarsius diketahui melukai dan bahkan membunuh dirinya, karena stres. Pada tahun 2008 dideskripsikan tarsius Siau yang dianggap bestatus kritis dan terdaftar dalam 25 primata paling terancam oleh
Conservation International dan IUCN/SCC Primate Specialist Group tahun 2008.

"Pengamatan tarsius di malam hari. Tapi ini kita batasi, hanya 2 orang sampai 5 orang dalam 1 kali pengamatan selama 10 menit," kata Adong.

Tarsius, hewan langka jenis primata yang ada di Bukit Peramun. (Suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Tarsius, hewan langka jenis primata yang ada di Bukit Peramun. (Suara.com/Pebriansyah Ariefana)

Bukit Peramun berasal dari banyaknya tanaman lokal yang sering diramu oleh masyarakat menjadi obat-obatan. Desa ini terletak pada ketinggian 129 mdpl di wilayah Belitung Barat. Kekayaan flora dan fauna, dikembangkan dalam berbagai lokasi spot foto antara lain berupa rumah hobbit, jembatan merah, batu kembar dan mobil terbang.

Baca Juga: Banyak Warga Indonesia Tak Hafal Pancasila, Terparah Bangka Belitung

Sepanjang 2017, Adong dan Komunitas Arsel menyedot 28 ribu pengunjung ke Bukit Peramun. Namun pengelolaan belum maksimal. Dua tahun berikutnya pengunjung terus turin sampai 10 persen.

"Tahun ini diperkirakan jauh berkurang sampai 20 ribu. Ada maintenen, karena kami kurangi paket," kata dia.

Dengan mengurangi paket wisata, sampah di Bukit Peramun berkurang. Kelestarian tarsius pun terjaga. Paket melihat tarsius dikurangi 3 kali dalam sepekan.

"Mengelola wisata tidak seperti telenovela. Wisatawan tidak mau tahu, mereka mau fasilitas harus ada. Kami ingin bukit penyamu ini ingin bisa hidup," kata Adong.

Baru-baru ini Desa Peramun berhasil menghantarkan Desa Bukit Peramun Belitung menorehkan prestasi di ajang ISTA – Indonesian Sustainable Tourism Awards 2019 beberapa waktu lalu. Pada ajang tersebut, Bukit Peramun berhasil meraih penghargaan sebagai pemenang Green Gold kategori Pelestarian
Lingkungan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI