Kisah Pilu Luka Modric: Ditinggal Ayah Berperang, Kakek Ditembak Mati

Syaiful Rachman Suara.Com
Selasa, 06 Oktober 2020 | 19:45 WIB
Kisah Pilu Luka Modric: Ditinggal Ayah Berperang, Kakek Ditembak Mati
Gelandang Real Madrid asal Kroasia, Luka Modric, meraih penghargaan Ballon d'Or 2018 di Grand Palais, Paris, Prancis, Senin (3/12). [AFP/Franck Fife]

Sang ayah pun memutuskan untuk bergabung dengan tentara Kroasia, meninggalkan Modric, ibu dan adik-adiknya ke medan perang.

Pemain Kroasia Luka Modric bersiap melakukan tendangan penjuru di partai final Piala Dunia 2018 [AFP]
Pemain Kroasia Luka Modric bersiap melakukan tendangan penjuru di partai final Piala Dunia 2018 [AFP]

Hidup di penampungan di kota Zadar, nyawa Modric dan pengungsi lainnya masih terancam. Karena bom kerap menghujani kota itu selama empat tahun berlangsungnya peperangan.

Namun siapa sangka, di masa-masa sulit itu mental Modric kecil mulai terbentuk. Untuk melupakan penderitaan, Modric pun mulai mengalihkan pikirannya dengan bermain sepak bola di penampungan.

Atas bantuan pamannya, satu tahun berlangsungnya perang, Modric pun mulai bersekolah. Di mana dirinya semakin akrab dengan sepak bola.

"Saya mendengar tentang anak yang hiperaktif yang selalu menggiring bola di pengungsian, bahkan tidur dengan bola," ujar Josip Bajlo yang melatih Modric kecil di NK Zadar.

"Dia sangat kurus. Tubuhnya kecil, tidak sesuai dengan usianya. Tapi ketika melihatnya bermain bola, anda sadar ada yang istimewa dari anak itu," sambungnya seperti dikutip The Guardian.

Mantan pelatih Luka Modric Josip Bajlo yang kini menjabat sebagai direktur NK Zadar [AFP]
Mantan pelatih Luka Modric Josip Bajlo yang kini menjabat sebagai direktur NK Zadar [AFP]

Turnamen antar kamp pengungsian, menjadi turnamen pertama Modric kecil yang tergabung di klub kecil NK Zadar. Turnamen pelipur lara yang mempertemukannya dengan Tomislav Basic yang hingga saat ini dianggap Modric sebagai ayah angkat.

Bertubuh kecil dan kurus, membuat Modric kesulitan untuk bergabung dengan klub yang bisa menjadikannya pesepakbola profesional. Hajduk Split, klub sepak bola regional di Dalmatia pun menolak Modric mentah-mentah hanya karena penampilan Modric yang sangat tidak meyakinkan.

Namun Basic tidak putus asa. Keyakinannya akan bakat Modric, membuatnya berjuang keras hingga Modric, yang saat itu berusia 16 tahun, diterima Dinamo Zagreb. Satu tahun kemudian, Modric dipinjamkan ke Zrinjski Mostar dan pertama kalinya bermain di Liga Utama Bosnia dan Herzegovina.

Baca Juga: Real Madrid Ogah Perpanjang Kontrak, Zidane Gabung Rayo Vallecano

"Seseorang yang bermain untuk Liga Bosnia bisa bermain di mana saja," kenang Modric dalam wawancara dengan SBS, stasiun televisi Australia, pada 2009 silam.

Luka Modric bersama istri dan ketiga anaknya. (Instagram/lukamodric10)
Luka Modric bersama istri dan ketiga anaknya. (Instagram/lukamodric10)

Pada akhirnya, jalan Modric untuk bermain di Eropa terbuka pada musim 2008/09 ketika Tottenham Hotspur memboyongnya ke London dengan transfer 16,5 juta pound.

Empat musim berseragam Spurs, Modric yang sudah semakin dikenal memutuskan hijrah ke Real Madrid di tahun 2012. Dengan nilai transfer 30 juta pound, Modric meneken kontrak berdurasi lima tahun dan mendapatkan perpanjangan kontrak di awal musim 2014/15.

Kini, setelah enam musim berseragam el Real, Modric pun dikenal sebagai salah satu pemain lapangan tengah terbaik di dunia. Sejumlah gelar bergengsi diraihnya bersama Madrid, diantaranya satu gelar La Liga dan empat trofi Liga Champions.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI