Namun, kemoncerannya bersama PSMP Mojokerto di Liga 2 tak membuatnya mendapat jaminan bermain di PSS Sleman. Ia harus bersaing dengan deretan bintang lainnya untuk mengisi starting line up.
Hal tersebut secara tak langsung memengaruhi kondisi psikisnya, sehingga ia pun frustrasi akan karier sepak bolanya.

“Sebelumnya di Mojokerto kan hampir setiap pertandingan saya Line Up, main tuh. Bahkan dalam dua musim itu ada belasan gol yang saya buat. Jadi itu buat saya percaya diri dan semangat,” buka Ricky Kambuaya saat acara Q&A bersama PSSI di kanal YouTube resmi mereka.
“Tapi saat saya ke Sleman, bermain memang baru di Liga 1, jadi persaingan kita bersaing di starting line up harus bermain dan itu membuat waktu bermain saya di Sleman tidak terlalu banyak.”
“Paling babak kedua main-main di menit-menit ke berapa, dapat bermain sedikit saja. Nah di situ mental terganggu,” lanjutnya.
Karena mentalnya jatuh akibat minimnya waktu bermain di PSS Sleman, Ricky Kambuaya berujar bahwa saat itu ia hampir menjadi pemabuk.
“Saya bilang kalau tidak kuat mungkin saya bisa menjadi pemabuk. Hampir tujuan (menjadi) seperti itu, karena mental terganggu. Langsung drop. Apalagi ada beberapa pertandingan saya main kurang bagus,” lanjutnya.
Beruntung bagi Ricky Kambuaya saat itu ia tak jatuh terlalu dalam setelah mendekatkan diri kepada Tuhan agar semakin kuat menghadapi tekanan yang melanda batinnya.
“Coach Danilo saat itu kasih Support terus agar tak berputus asa dan tak menyerah agar tak jatuh terus dan terus berusaha. Sampai akhirnya saya semangat lagi di putaran kedua.”
Baca Juga: 4 Pemain yang Penampilannya Biasa-biasa Saja Tapi Dipanggil Shin Tae-yong
“Sampai akhirnya mereka (PSS Sleman) kaget kalau Coach Aji (Santoso) panggil saya ke Persebaya,” pungkasnya.