Selepas dari Italia, Bima Sakti pulang ke Indonesia dan bermain untuk PKT Bontang, yang kemudian berlanjut ke tim lainnya seperti Pelita Jaya, PSM Makassar, PSPS Pekanbaru, Persiba Balikpapan.
Tak cukup sampai di situ, Bima Sakti juga membela tim lainnya seperti Persema Malang, Perseba Bangkalan, Mitra Kukar dan Gresik United.
Dari sederet klub itu, hanya di PSM Makassar saja Bima Sakti mampu meraih prestasi tertinggi, yakni juara Liga Indonesia pada 2000 dan menjadi pemain terbaik di tahun yang sama.
Karier menterengnya itu pun membawa Bima Sakti membela Timnas Indonesia. Total 55 caps dicetaknya dengan sumbangan 12 gol.
Usai memutuskan gantung sepatu pada 2016, Bima Sakti pun melanjutkan kiprahnya di dunia kepelatihan.
Karier pertamanya di kancah kepelatihan terjadi kala PSSI menunjuknya sebagai asisten Luis Milla untuk Timnas Indonesia U-23.
Di bawah arahannya dan Luis Milla, Timnas U-23 hanya mampu meraih medali perunggu di SEA Games 2017 dan tersingkir di babak 16 besar Asian Games 2018.
Kepergian Luis Milla pada 2018 nyatanya tak membuat karier Bima Sakti meredup. Ia masih dipercaya sebagai asisten dan sempat dipilih sebagai pelatih interim Timnas Indonesia.
Hingga akhirnya, pada 2019 Bima Sakti ditawari kursi kepelatihan Timnas Indonesia U-16. Tawaran ini pun diterima dan terus diembannya hingga saat ini.
Kini Bima Sakti memiliki peluang untuk membawa anak asuhnya meraih gelar Piala AFF U-16 2022, usai melangkah ke semifinal.
Namun sebelum menjuarai ajang ini, Bima Sakti harus menyiapkan strategi terbaik untuk mengalahkan Myanmar di semifinal, Rabu (10/8).
Kontributor: Felix Indra Jaya