Semula, stadion ini dibangun untuk menjadi tuan rumah SEA Games 1963. Tapi saat itu ajang tersebut batal digelar karena situasi politik di Kamboja.
Meski batal menggelar SEA Games 1963, Olympic Stadium Phnom Penh pun tetap dijadikan sebagai ‘rumah’ bagi atlet Kamboja dan menjadi tempat untuk menjamu tamu kehormatan dan acara kenegaraan.
Tak butuh waktu lama usai dibangun, Olympic Stadium Phnom Penh kemudian menjadi tuan rumah untuk pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 1966 antara Korea Utara dan Australia.
Saat itu, Korea Utara tak bisa bertanding di Australia dan sebaliknya. Karenanya, Norodom Sihanouk yang merupakan negarawan Kamboja dan sekutu Kim Il Sung, pendiri Korea Utara, mengajukan Olympic Stadium Phnom Penh sebagai venue pertandingan.
Hal ini pun kemudian direstui FIFA. Saat pertandingan digelar, total 100 ribu penonton menyaksikan pertandingan ini, di mana Norodom Sihanouk membagi para penonton untuk mendukung Australia dan Korea Utara.
Sebagai stadion multifungsi, Olympic Stadium Phnom Penh punya fasilitas yang mumpuni, seperti kolam renang yang sesuai ukuran olimpiade, lapangan voli, dan lapangan tenis.
Di balik kemegahannya dan sejarah apiknya, Olympic Stadium Phnom Penh punya sejarah kelam. Pasalnya stadion ini pernah jadi tempat eksekusi bagi pejabat Republik Khmer di era Khmer Merah.
Dalam perjalanannya, Olympic Stadium Phnom Penh mengalami beberapa pemugaran karena beberapa fasilitas mengalami kerusakan.
Setelah pemugaran dilakukan, Olympic Stadium Phnom Penh kemudian menjadi tempat pertandingan beberapa event olahraga dan juga menjadi tempat konser bagi penyanyi Ronan Keating.
Baca Juga: Pernah Juara di Kamboja, Indra Sjafri Ingin Ulang Memori Manis Bersama Timnas Indonesia U-22
[Felix Indra Jaya]