Dilansir dari laman Historia, kakek buyut Ole Romeny sendiri bernama Thomas Degenaars. Sosok kakek buyutnya ini menjadi alasan utama dirinya bisa membela Timnas Indonesia.
Disebutkan bahwa kakek buyutnya sempat merantau ke Hindia Belanda pada awal abad ke-19 dan kemudian menikah dengan wanita bernama Trintje Wilhelmine Fortuin di Singapura.
Usai menikah, kakek buyut Ole Romeny beserta sang istri pindah ke Medan. Di sanalah, nenek Ole Romeny, yakni Helene Wilhelmina Degenaars, lahir pada 2 April 1923.
Saat berada di Medan, kakek buyutnya itu bekerja sebagai akuntan di perusahaan perkebunan bernama Handeslvereniging Amsterdam (HVA).
Tak hanya bekerja sebagai akuntan, kakek buyutnya juga berstatus pengurus organisasi kepanduan NIPV cabang Medan.
Saat Perang Dunia II, kakek buyut Ole Romeny disebutkan ikut dimobilisasi ke dalam Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL), di mana ia sempat dijadikan tawanan perang oleh Jepang.
Singkat cerita, kakek buyutnya ditawan dan hendak dijadikan pekerja paksa oleh Jepang di Pekanbaru. Nahas, kapal yang mengangkutnya tenggelam usai mendapat serangan dari kapal Inggris.
Dilansir dari sumber yang sama, kakek buyut Ole Romeny kemudian dianugerahi medali kehormatan, yakni Mobilisatie-Oorlogskruis dari Belanda pada 2019.
Sekadar informasi, medali Mobilisatie-Oorlogskruis merupakan medali kehormatan untuk para personel militer maupun non-militer Belanda yang diberikan oleh Kerajaan Belanda.
Baca Juga: Pratama Arhan Menggila di Australia, Bukan karena Lemparan
(Felix Indra Jaya)