Suara.com - Fenomena pemain keturunan Indonesia di klub Eropa kembali mencuri perhatian publik sepak bola nasional. Setelah Mauro Zijlstra, kini muncul nama Luca Blondeau, seorang bek tengah muda yang juga membela FC Volendam dan memiliki darah Indonesia.
Sosok jangkung berusia 19 tahun ini mulai menarik perhatian karena performanya yang solid di lapangan dan keterbukaannya untuk memperkuat Timnas Indonesia.
Luca Blondeau saat ini menjadi bagian dari skuad U-21 FC Volendam dan telah mendapat kesempatan tampil di tim utama.

Penampilannya yang konsisten turut membantu Volendam meraih promosi ke Eredivisie, kasta tertinggi sepak bola Belanda.
Perjalanan kariernya yang impresif membuat banyak pihak mulai melirik potensi besar yang dimiliki oleh pemain berdarah campuran ini.
Dengan tinggi badan mencapai 1,94 meter, Luca memiliki keunggulan fisik yang sangat menonjol di lini belakang. Hal ini menjadikannya sebagai aset potensial yang bisa dipertimbangkan oleh PSSI untuk memperkuat sektor pertahanan Timnas Indonesia.
Terlebih, di usianya yang masih sangat muda, Luca menunjukkan kedewasaan dalam bermain dan mampu bersaing di level kompetitif.
Ketertarikan Luca untuk mengenakan seragam Merah Putih bukan sekadar rumor. Ia mengungkapkan kesiapannya jika suatu saat PSSI menghubunginya untuk membahas kemungkinan membela Indonesia.
![Pemain keturunan Indonesia di FC Volendam, Luca Blondeau. [Dok. Ig/@futboll.indonesiaa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/01/02/54947-pemain-keturunan-indonesia-di-fc-volendam-luca-blondeau.jpg)
Rasa keterikatan terhadap Indonesia tidak datang secara tiba-tiba, sebab Luca memiliki garis keturunan dari pihak ayah, di mana sang kakek diketahui lahir di Jakarta.
Baca Juga: Malaysia Rekrut Sosok yang Pernah Bikin Timnas Indonesia Malu di Stadion GBK
“Jika PSSI menghubungiku aku akan sangat terbuka untuk itu (gabung Timnas Indonesia) dan aku akan mempertimbangkannya,” dilansir dari akun @futboll.indonesiaa, Rabu (16/4/2025).
Kebanggaan terhadap darah Indonesia yang mengalir dalam dirinya turut memperkuat niat Luca untuk mengenal lebih dalam tentang Tanah Air.
Ia bahkan kerap berdiskusi tentang Indonesia bersama Mauro Zijlstra, rekan satu timnya yang juga memiliki latar belakang serupa.
Obrolan tersebut membuat keduanya semakin antusias dengan peluang untuk memperkuat tim nasional.
Dalam percakapannya dengan komunitas sepak bola di media sosial, Luca mengungkapkan bahwa dirinya merasa tertarik dan siap membuka komunikasi jika memang ada panggilan dari Indonesia. Ia menilai Indonesia sebagai negara yang indah dan penuh semangat dalam mendukung sepak bola.
Hal ini memperlihatkan betapa besarnya potensi magnet sepak bola Indonesia di mata pemain diaspora.
Langkah PSSI dalam menjaring talenta diaspora seperti Luca Blondeau tentu menjadi strategi penting untuk memperkuat Timnas Indonesia, khususnya di kelompok usia muda.
Keberadaan pelatih asal Belanda seperti Gerald Vanenburg di Timnas U-23 juga bisa menjadi pintu masuk yang baik bagi adaptasi pemain seperti Luca dan Mauro Zijlstra.
Sebagai bagian dari proyek jangka panjang, naturalisasi pemain diaspora menjadi bagian dari upaya membangun skuad yang lebih kompetitif di level Asia.
Dengan pengalaman bermain di Eropa serta modal teknik dan fisik mumpuni, Luca Blondeau berpotensi menjadi pilar penting di lini pertahanan Timnas Indonesia.
Di tengah persaingan yang semakin ketat di level internasional, kehadiran pemain seperti Luca bukan hanya menambah kedalaman skuad, tetapi juga membawa harapan baru bagi sepak bola Indonesia.
Kini, bola berada di tangan PSSI untuk melakukan pendekatan lebih lanjut dan memaksimalkan peluang ini sebaik mungkin.