Yang lebih memilukan, dalam tiga dari lima laga tersebut, ia hanya diberikan waktu bermain satu menit di akhir pertandingan, lebih sebagai formalitas ketimbang kontribusi nyata.
Satu-satunya kesempatan bermain penuh selama 90 menit yang didapat Hubner pun terjadi di ajang Piala Liga Jepang, bukan di kompetisi utama J-League.
Karier Hubner bersama Cerezo Osaka pun bisa dibilang tidak berkembang sesuai ekspektasi, hingga akhirnya masa pinjamannya berakhir dengan kekecewaan.
Akankah Sandy Walsh Mengalami Nasib Serupa?
Melihat pola yang terjadi, muncul pertanyaan besar: apakah Sandy Walsh akan mengulangi nasib Justin Hubner di Jepang? Apakah ia akan terus menjadi cadangan hingga kariernya mandek, atau justru mampu membalikkan keadaan dan merebut hati pelatih Yokohama F. Marinos?
Tentu saja, perbedaan usia, pengalaman, dan karakter bermain keduanya bisa mempengaruhi arah karier masing-masing.
Sandy, yang lebih berpengalaman dengan jam terbang di Eropa dan kontribusi nyata di Timnas Indonesia, masih memiliki peluang untuk membalikkan nasib jika mampu menunjukkan konsistensi dan kualitas saat diberi kesempatan.
Namun, jika situasi tidak segera membaik, bukan tidak mungkin Sandy Walsh harus mempertimbangkan langkah lain dalam karier profesionalnya.
Entah dengan mencari peluang di klub lain di Jepang, kembali ke Eropa, atau menjajal kompetisi Asia lainnya yang memberikan menit bermain lebih banyak.
Baca Juga: Jika Sandy Walsh Saja Ditepikan, Sudah Pasti Liga Jepang Tak Ramah kepada Pemain Indonesia
Kontributor: Eko