Gol pertama terjadi melalui penalti Dreyer yang mengarahkan bola ke kiri bawah gawang, saat Paes sudah terlanjur bergerak ke arah berlawanan.
Gol kedua hadir dari skema serangan cepat yang berakhir dengan sontekan Hirving Lozano.
Sedangkan gol penentu lahir dari tembakan keras Gutierrez yang menghujam pojok atas gawang, tanpa bisa dijangkau oleh Paes.
Kekalahan ini membuat posisi FC Dallas kian terpuruk. Dengan baru mengoleksi 21 poin dari 21 laga, mereka masih tertahan di peringkat ke-11 klasemen sementara wilayah barat MLS.
Sebaliknya, San Diego FC kokoh di puncak klasemen dengan 39 poin dari 20 pertandingan.
Maarten Paes sendiri telah tampil dalam 16 laga MLS musim ini dengan total menit bermain mencapai 1.440 menit.
Namun, ia sudah kebobolan 30 gol dan hanya mampu mencatatkan dua clean sheet. Dalam laga kontra San Diego FC, ia hanya mendapat rating 5,7, salah satu yang terendah di tim.
Penampilan inkonsisten dari lini belakang FC Dallas juga ikut menjadi faktor meningkatnya tekanan terhadap Paes.
Minimnya organisasi pertahanan membuat sang kiper harus menghadapi terlalu banyak situasi berbahaya secara langsung.
Baca Juga: Kejanggalan Status Kewarganegaraan Mees Hilgers, Media Belanda Ungkap Hal Mengejutkan
Meski demikian, pertandingan ini tetap menjadi bahan evaluasi penting bagi Maarten Paes dan seluruh tim.
FC Dallas dituntut untuk segera bangkit dan memperbaiki performa, terutama dalam aspek pertahanan, agar bisa kembali bersaing di papan atas.
Dengan performa seperti ini, Paes juga menghadapi tantangan besar dalam menjaga posisinya, baik di klub maupun di skuad Timnas Indonesia, apalagi menjelang agenda-agenda penting internasional ke depan.
Masa pemulihan dan konsistensi performa menjadi kunci agar sang kiper bisa kembali menunjukkan kualitas terbaiknya di laga-laga berikutnya.
Kontributor : Imadudin Robani Adam