Ia menilai, keputusan Sneijder untuk meninggalkan kompetisi domestik adalah langkah tepat untuk mengembangkan kariernya.
“(Wesley) Sneijder, saya melatihnya ketika dia berusia 10, 11, 12 tahun. Tapi kemudian dia bermain melawan pemain berusia 14 tahun, 16 tahun.”
“Jika dia tetap di Belanda. Dia tidak akan pernah menjadi pemain top dunia. Itulah saat dia pergi ke Italia. Saat dia pergi ke Spanyol.”
Dari cerita itu, Jan ingin mendorong pemain Indonesia agar jangan takut mengambil risiko serupa: berani meninggalkan zona nyaman dan mencoba peruntungan di luar negeri, terutama ketika kompetisi lokal mulai terlalu didominasi pemain asing.
Alasan Regulasi 11 Pemain Asing
Regulasi anyar soal kuota pemain asing ini disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Liga Indonesia Baru (LIB) pada 7 Juli 2025.
Direktur Utama LIB, Ferry Paulus, menjelaskan bahwa perubahan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas kompetisi secara menyeluruh.
Musim sebelumnya, klub hanya boleh mengontrak 8 pemain asing dan menurunkan maksimal 6 dalam satu pertandingan.
Kini, klub boleh mendaftarkan hingga 11 pemain asing, meski tetap hanya boleh memainkan dan mencantumkan 8 di DSP. Sisanya, menjadi pelapis.
Baca Juga: Timnas Indonesia Era STY Dipuji 3 Pelatih Top Dunia, Patrick Kluivert Malah Dicibir
“Jadi 8 yang main, di DSP 8, kemudian 11 yang didaftarkan,” kata Ferry.
Kendati demikian, ada catatan penting: saat pergantian pemain asing, pemain pengganti harus dari kalangan lokal.
Tujuannya adalah tetap memberi ruang bermain bagi pemain domestik di tengah dominasi asing.
Tak hanya itu, regulasi lain juga mewajibkan setiap tim mendaftarkan minimal lima pemain U-23 (kelahiran 2003 ke atas), dengan satu di antaranya harus bermain minimal 45 menit setiap pertandingan.
“Runutan untuk under 23, kelahiran 2003 bermain 45 menit yang didaftarkan adalah 5 pemain,” jelas Ferry.
Penambahan kuota asing ini disebut sebagai bentuk penyesuaian terhadap tuntutan klub-klub peserta yang menilai kebijakan sebelumnya “nanggung”.