Merasa Buang Waktu, Pemain Keturunan Indonesia Pilih Tinggalkan Man City Demi Gelar Sarjana Hukum

Irwan Febri Suara.Com
Selasa, 18 November 2025 | 07:00 WIB
Merasa Buang Waktu, Pemain Keturunan Indonesia Pilih Tinggalkan Man City Demi Gelar Sarjana Hukum
Pemain keturunan Indonesia Gabriel Han Willhoft-King sukses menjalani debut bersama tim U-21 Manchester City. Han Willhoft-King pada 1 September 2024 jalani debut bersama City. [mancity.com]
Baca 10 detik

Gabriel Han Willhoft-King pensiun di usia 19 tahun karena cedera dan merasa kurang terstimulasi di akademi elit.

Ia memilih fokus kuliah hukum di Oxford untuk masa depan yang lebih luas.

Kini ia hanya bermain untuk tim kampus dan belum memastikan apakah akan kembali ke sepak bola.

Suara.com - Gabriel Han Willhoft-King, pemain keturunan Indonesia yang beruntung bisa tembus ke Manchester City membuat keputusan mengejutkan.

Han Willhoft-King memutuskan untuk berhenti bermain bola di usia baru 19 tahun.

“Aku tahu banyak orang heran kenapa aku ‘berhenti’ saat sudah mencapai level City U-21,” ujar Willhoft-King kepada The Guardian.  

“Tetapi aku merasa bisa melakukan lebih," tambahnya.

Perjalanannya di Spurs sempat terhambat cedera panjang sejak 2022.

Cedera-cedera itu berlanjut saat ia pindah ke Manchester City pada musim berikutnya.

Setelah kembali bugar, ia kesulitan menembus tim yang sudah stabil.

Cedera bukan satu-satunya alasan, tetapi menjadi pemicu ia mempertanyakan masa depannya.

“Cedera membuatku banyak berpikir. Dan aku selalu punya ketertarikan besar pada akademik,” katanya.

“Aku sering merasa tidak terstimulasi. Latihan, pulang, lalu tidak melakukan apa-apa. Rutinitas itu membosankan. Di Oxford, aku bahkan kekurangan waktu karena terlalu banyak hal menarik.” sambungnya.

Willhoft-King mengakui pengalaman berlatih dengan Guardiola sangat berkesan, namun juga menyadarkannya bahwa kehidupan pemain muda di klub raksasa tidak selalu glamor.

“Awalnya aku salah tingkah melihat De Bruyne dan Haaland,” kenangnya.

“Tapi lama-lama, sesi latihan pertama tim malah terasa berat. Kami hanya disuruh menekan selama puluhan menit. Anda tidak akan menikmati itu.”

Keputusannya untuk kuliah hukum bukan sekadar pelarian dari cedera atau tekanan akademi sepak bola.

Ia ingin membangun masa depan yang lebih luas daripada sekadar karier di lapangan.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI