Jadi merasa berhutang pada leluhur alasan terkuat ya?
Yes I know I'm Indonesian. Aku ada Sumateranya, Acehnya, ada Padangnya, Jawanya. Suka ngiri kalau lihat orang pulang kampung ke Jogja, ke Medan, aku pulang ke mana nggak tahu, orang campur-campur gitu. Tapi aku tahu aku ada darah Aceh, Padang.
Tadinya benar cuma mau bantu mas Eros aja. Tapi mas Eros menjatuhkan pilihan kepada aku dan itu harus disyukuri. Cuma karena keyakinan bahwa akan ada banyak sekali pelajaran dan pengalaman yang bisa kupetik dari peran ini.
Risetnya gimana memerankan tokoh pahlawan?
![Christine Hakim [Suara.com/Sumarni]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/09/16/92122-christine-hakim-suaracomsumarni.jpg)
30 buku sejarah dari bahasa Belanda sampai Indonesia yang dikasih sama mas Eros nggak cukup pokoknya. Apalagi mas Eros maunya Cut Nyak Dhien as a strategic maker. Jadi syuting 3 tahun itu termasuk riset macem-macem juga.
Sudut pandang mas Eros memang seperti itu di film ini?
Iya, mas Eros mau membuat film yang tidak menyudutkan. Satu-satunya yang dibunuh Cut Nyak Dhien kan cuma Teuku Leubeh sebenarnya. Itu cuma simbol aja sebenarnya, bahwa emang pengkhianat itu nggak perlu dimaafkan.
Bahwa musuh sebenarnya itu ternyata orang-orang terdekatnya sendiri, lebih berbahaya dari bangsa asing, dan itu masih relevan dengan situasi zaman ini. Selebihnya Cut Nyak Dhien enggak mempergunakan senjata.
Kesulitan selain dana apa aja sih?
Baca Juga: Interview: Shella O Soal Foto Dicatut Hingga Rencana Menikah
Mempertahankan dan menjaga mood kerja, dan menjaga mood sebagai Cut Nyak Dhien. Selama 3 tahun saya harus menanggalkan ego. Mana bisa saya pergi ke mall, tidur di kasur empuk, ke hotel aja aku nggak bisa, nggak enak lihat tembok putih gini. Karena apa? karena Cut Nyak Dhien melihatnya hutan, tanah, kegores kayu, nggak pakai alas kaki, terus aku tidur nyaman di hotel? kasur? Nggak akan sinkron moodnya.