Suara.com - Penghargaan yang diterima penyanyi sekaligus selebritas Tanah Air, Syahrini, dalam gelaran Festival Film Cannes 2025 sempat menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Banyak yang mempertanyakan kebenaran klaim bahwa penghargaan tersebut diberikan oleh badan dunia UNESCO.
Merespons polemik yang beredar, kantor perwakilan UNESCO Regional Office di Jakarta akhirnya memberikan pernyataan resmi.
Dalam klarifikasinya, mereka menegaskan tidak ada keterlibatan institusi mereka dalam penghargaan yang diterima oleh Syahrini.
"UNESCO tidak terlibat dalam pemberian penghargaan pada acara di Cannes yang dimaksud. Meskipun acara tersebut mungkin melibatkan UNESCO Artist for Peace dalam kapasitas pribadi atau simbolis," tulis pernyataan resmi tersebut.
Pihak UNESCO juga menegaskan bahwa penghargaan yang diterima Syahrini bukan bagian dari program resmi mereka, apalagi bentuk pengakuan langsung dari organisasi yang bernaung di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa itu.
"Acara tersebut bukan merupakan upacara atau bentuk pengakuan resmi dari UNESCO," lanjutnya.
Dalam klarifikasi lanjutan, UNESCO juga memberikan penjelasan terkait ajang penghargaan yang disebut-sebut Syahrini sebagai prestasi bergengsi.
Mereka mengungkap bahwa penghargaan itu berasal dari organisasi bernama United Society Council (USC), bukan dari UNESCO.
Baca Juga: Christine Hakim Tanggapi Heboh Syahrini Muncul di Cannes: Bayangkan...
USC menggelar acara penghargaan bertajuk Listen to Her Parole, sebuah platform yang disebut mendukung pemberdayaan perempuan. Gelarannya dilaksanakan sebelum malam puncak Festival Film Cannes 2025.
Acara tersebut mendapatkan dukungan dari Guila Clara Kessous, seorang seniman asal Prancis yang pernah ditunjuk sebagai UNESCO Artist for Peace pada tahun 2012 lalu.
Kessous memang memiliki afiliasi dengan UNESCO, namun dalam kasus ini ia hadir dalam kapasitas pribadi, bukan sebagai representasi resmi organisasi.

"Jadi UNESCO tidak terlibat dalam pemberian penghargaan pada acara di Cannes yang dimaksud. Meskipun acara tersebut mungkin melibatkan UNESCO Artist for Peace dalam kapasitas pribadi atau simbolis, acara tersebut bukan merupakan upacara atau bentuk pengakuan resmi dari UNESCO," terangnya lagi dalam keterangan tertulis.
"Mungkin akan lebih tepat jika disebut sebagai penghargaan dari United Society Council melalui acara Listen to Her Parole, yang didukung oleh Guila Clara Kessous, salah satu UNESCO Artist for Peace," sambung pernyataan tersebut.
Sebelumnya, Syahrini sempat membagikan momen kehadirannya di Cannes melalui akun Instagram pribadinya. Dalam unggahan tersebut, ia mengklaim dirinya hadir untuk menerima penghargaan dari UNESCO.
"Saya datang ke Cannes untuk menerima penghargaan bergengsi dan luar biasa dari UNESCO melalui platform 'Listen To Her Parole'," tulis Syahrini di Instagram.
Pernyataan ini langsung menuai respons dari publik, yang mempertanyakan kredibilitas dan keabsahan acara tersebut. B
anyak netizen yang menyayangkan adanya kemungkinan misinformasi, terutama karena nama UNESCO disebut secara langsung dalam pernyataan Syahrini.
Menanggapi hal itu, aktris senior Christine Hakim turut memberikan penjelasan dalam sebuah wawancara di program Rumpi.
Ia membenarkan bahwa penghargaan tersebut berasal dari organisasi lain, yakni United Society Council.
"(Dia datang) Listen to Her Parole, Syahrini ini mendapatkan penghargaan dari United Society Council, itu sebuah yayasan yang kerja sama, sama Hermes," terang Christine Hakim.
Aktor senior yang pernah beradu akting dengan Julia Robert itu, memastikan Listen to Her Parole setiap tahunnya memilih selebritis dunia untuk menerima penghargaan.
"Dia memilih public figure dari seluruh dunia untuk mendapat penghargaan women empowerment. Tahun ini Syahrini yang dapat... itu satu kebanggaan," jelas Christine Hakim.

Dengan penjelasan dari pihak UNESCO dan klarifikasi dari figur publik seperti Christine Hakim, publik kini mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai asal-usul penghargaan yang diterima Syahrini.
Meski bukan penghargaan resmi dari UNESCO, pencapaian tersebut tetap menjadi bagian dari upaya pengakuan terhadap perempuan dalam ranah internasional, meskipun bukan dalam kerangka formal organisasi PBB tersebut.