Infografis
Suara.com - Pandawara Group kembali membagikan cerita unik dalam perjalanan mereka membersihkan sampah di berbagai lokasi di Indonesia.
Seperti baru-baru ini, akun Instagram @pandawaragroup membagikan momen Gilang Rahma menemukan sampah misterius.
"Ada botol, ternyata dalamnya masih ada lakbannya," ujar Gilang dalam video yang dibagikan pada Sabtu, 16 Agustus 2025.
"Pokoknya kita akan selalu buka setiap nemuin barang misterius di sungai," sambungnya.
Dalam botol yang ditemukan Gilang, sesuatu seperti kain dililit dengan lakban. Botolnya pun ditemukan Gilang dalam keadaan dililit lakban sebelum dibuka.
"Logikanya ngapain buang sampah sembarangan, terus kain doang. Kalau cuma kain doang nggak harus gini," jelas Gilang.
Dalam proses membuka lilitan lakban, Gilang meyakini kain tersebut adalah celana dalam.
"Ini buat apaan ya? Dia buang daleman, dibalut dan dibelit lakban kayak gini. Terus dimasukin botol," kata Gelang masih terheran-heran.
Yang membuat Gilang makin heran, ia menemukan secarik kertas yang berisi foto seseorang lengkap dengan namanya.
Baca Juga: Momen Anak Kembar Mpok Alpa Pandangi dan Peluk Jenazah Sang Ibu Sebelum DIkubur Bikin Terenyuh
"Cuma celana dalem ternyata. Eh, ada kertas. Demi Allah. Nih bacaannya: Tardi bin Bapak Karta," beber Gilang semakin heboh.
Foto dalam kertas yang ditemukan menampilkan seorang pria sedang mengendarai motor yang sengaja tidak disensor oleh Pandawara Group.
Akhirnya Pandawara Group memutuskan untuk menyimpan sampah yang penuh misteri itu.
Dugaan santet pun muncul di benak Gilang meski tidak terlalu yakin sehingga menanyakan kepada followers Pandawara Group.
"Bisa emang santet pakai cangcut dialirin ke sungai? Santet pakai celana dalam, ada fotonya, ada namanya?" tanyanya.
"Emang ada ya santet pake celana dalem gitu? Serius nanya ini agak ngakak soalnya. Seenggaknya kalo mau nyantet jangan sambil nyampah," tandas mereka di caption.
Kendati banyak warganet yang tidak percaya santet, temuan celana dalam dililit lakban dan dimasukkan dalam botol diduga adalah buhul.
Dalam Al-Qur'an, kata buhul muncul dalam surat Al-Falaq ayat satu sampai lima.
"Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang mengembus pada buhul-buhul, yakni tukang-tukang sihir wanita yang menghembuskan pada buhul-buhul pada saat membaca mantra," merupakan salah satu terjemahan surat Al-Falaq.
Buhul sendiri berarti ikatan gaib yang menghubungkan benda dengan target. Keduanya saling terikat satu sama lain.
"Makasih kak udah selamatin orangnya dengan cara lepasin buhulnya," komentar akun @dindapt***.
"Itu buhul sihir kak. Terima kasih karena sudah berkenan membukanya kak otomatis kalau buhul sihir itu ditemukan dan dibuka sihirnya akan hilang," terang akun @maya_ummu.yu***.
"Itu namanya buhul. Untuk media menyihir seseorang. Selama buhul belum ditemukan, dengan izin Allah sihir itu akan terus menyerang korban," kata akun @achmadfaur***.
Penggunaan celana dalam sebagai media santet kemungkinan berhubungan dengan kegiatan seksual menurut beberapa warganet.
"Katanya, biar gak selingkuh si bapaknya," beber akun @frzl.a***.
"Itu bukan pelet kak. Tetapi itu pengikat untuk suaminya karena celana dalam pria. Biasanya suaminya tukang selingkuh. Diikat gitu biar empritnya gak bisa berdiri selain bersama istrinya sendiri," timpal akun @anevay_qui***.
"Itu bentuk santet yang menyerang alat kelamin, fungsinya untuk disfungsi ereksi, biasanya pakai media celana dalam yang bekas pakai dan belum dicuci, tujuannya untuk mengunci pasangan," kata akun @iboe.kan***.
Dugaan santet menggunakan celana dalam belakangan ini juga ramai dibicarakan berkaitan dengan meninggalnya Mpok Alpa.
Almarhumah sempat membuat video yang menceritakan penemuan celana dalam di depan rumahnya.
"Berapa kali depan rumah sekitar jam setengah 6, selalu nemu celana dalem kemarin item ukuran gede, sekarang kaya legging," beber Mpok Alpa dalam video yang kembali viral.
"Seminggu sekali pasti ada, nanti kita lihat di CCTV," lanjutnya.
Video tersebut membuat meninggalnya Mpok Alpa dihubung-hubungkan dengan sihir meski terungkap menderita kanker payudara. Bagaimana pendapatmu?
Kontributor : Neressa Prahastiwi
