3 Cerita dari Mereka yang Berada di Garda Terdepan Melawan Corona Covid-19

Risna Halidi Suara.Com
Jum'at, 03 April 2020 | 07:05 WIB
3 Cerita dari Mereka yang Berada di Garda Terdepan Melawan Corona Covid-19
Ilustrasi tenaga kesehatan yang menjadi garda terdepan dalam menangani pasien terinfeksi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)

Suara.com - Tidak seperti biasanya, tugas akhir-akhir ini terasa jauh lebih berbeda. Afit yang bekerja sebagai suster di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu tak bisa pulang ke rumah seperti biasa.

Ia terpaksa tinggal di tempat khusus yang disediakan dan tinggal jauh dari keluarga.

Afit merupakan satu dari ribuan tenaga kesehatan Indonesia yang berada di garda terdepan dalam perang melawan virus corona Covid-19.

Untuk menahan rindunya pada keluarga, terutama anaknya yang masih menyusui, Afit membawa baju sang buah hati.

"Tidak apa namanya juga ibu pekerja, yang ibu-ibu karier di luar sana juga tahu kalau kita ada sedikit gangguan akan berpengaruh sama produksi ASI kita," kata Afit dari yang Suara.com lansir di BBC Indonesia.

ASI yang sudah Afit kumpulkan akan selalu diambil oleh suami untuk kemudian diberikan pada bauh hatinya. Bukan hanya tak bisa melihat dan menyusui anaknya langsung, sekadar memeluk dan bersalaman dengan sang suami pun rasanya Afit tak kuasa.

Pekerjaannya, menuntut ia untuk tetap melakukan jarak fisik terutama dengan orang-orang yang ia cintai.

Lain Afit lain Debryna. Debryna adalah seorang dokter yang saat ini bertugas di rumah sakit darurat, RS Wisma Atlet Kemayoran.

Gejala dan pencegahan Virus Corona (Coronavirus) Covid-19.
Gejala dan pencegahan Virus Corona (Coronavirus) Covid-19.

Lewat unggahan di Instagram, ia bercerita mengenai bagaimana APD, yang jadi senjata pertahanan utama menangkal Covid-19, harus digunakan oleh para tenaga kesehatan hampir 10 jam tanpa henti.

Baca Juga: Kabar Terkini Bupati Karawang Cellica Positif Corona

Bukan main rumitnya, seluruh tenaga kesehatan yang bekerja harus menggunakan masker standar, kacamata pelindung, pakaian pelindung tubuh atau hazmat, dan sarung tangan.

Bukan apa-apa, itu semua dilakukan karena seluruh APD yang digunakan hanya berlaku sekali pakai. Jadi jika terpaksa harus makan atau buang air kecil, maka mereka harus mengganti dengan APD baru yang kini jumlahnya semakin langka.

"Bagaimana kalau lapar, haus dan lainnya? Bagi yang sudah biasa puasa akan oke sih. Tapi untuk menahan pipis itu susah sih. Kalau saya sih mentalnya belum kuat untuk pakai popok. Jadi saya berusaha menahan sekuat mungkin," kata Debryna.

Ia juga melanjutkan bagaimana para petugas medis selalu was-was jika pakaian pelindung tubuhnya bolong.

"Ada keparnoan kalau ada bolong sedikit saja. Jadi benar-benar keep checking ke teman, Jika ada yang sobek terus langsung diselotip. Itu sebenarnya agak ribet karena tiap kali lihat bolong langsung cari selotip dan pasang dulu," ujarnya.

Gejala dan pencegahan Virus Corona (Coronavirus) Covid-19.
Gejala dan pencegahan Virus Corona (Coronavirus) Covid-19.

Menurut Debryna, selama bekerja di Wisma Atlet, para petugas medis yang tinggal di sana tidak boleh ke mana-mana dan akan dikarantina 14 hari jika tugasnya selesai.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI