Malala: Penculikan di Nigeria Menguatkan Saya

Esti Utami Suara.Com
Rabu, 25 Juni 2014 | 08:14 WIB
Malala: Penculikan di Nigeria Menguatkan Saya
Malala Yousafzai. (Shutterstock)

Suara.com - "Saya seorang anak perempuan dan ayah menjadi panutan bagi saya. Dan dia adalah ayah yang hebat, karena dia tidak memberi saya sesuatu yang berlebihan tetapi dia tidak memotong sayap saya."

Demikian Malala Yousafzai mengawali tulisannya di The Guardian menjelang pertemuan tingkat tinggi "Global Partnership for Education" Kamis (26/6/2014) di Brussel, Belgia yang akan dihadiri pemimpin dari berbagai penjuru dunia.

"Mereka yang hadir dalam pertemuan ini orang tua bagi banyak anak, dan mereka pernah menjadi anak. Akankah mereka memotong 'sayap' bagi anak-anak miskin dunia, atau mereka akan membantu menyediakan pendidikan yang layak untuk menggali potensi yang dimiliki anak-anak itu," lanjut Malala.

Sampai saya berbicara di forum PBB, Juli tahun lalu saya tidak pernah menghadiri pertemuan sebesar ini. Hidup saya ada di lembah Swat, Pakistan, jauh dari tempat ini. Sejak saya pulih dari luka akibat penembakan oleh kelompok Taliban, saya diberi kepercayaan untuk berbicara di banyak konferensi.

Saya sering berpikir apakah konferensi itu akan membawa perubahan bagi anak-anak perempuan seperti saya.  Negara-negara yang memiliki kekuatan untuk membantu gadis-gadis di Pakistan, Nigeria atau Afghanistan akan hadir di konferensi Kamis (26/6/2014) ini.

KTT ini bisa menjadi terobosan bagi jutaan anak di dunia yang mungkin tidak tahu itu terjadi. Tapi pria dan wanita dari negara-negara kaya dan miskin akan memiliki kekuatan untuk membantu anak-anak mencapai potensi mereka, atau meninggalkan mereka tanpa masa depan yang layak.

Inti dari pertemuan ini adalah hak yang sama bagi anak perempuan dan laki-laki untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Penculikan lebih dari 200 siswi di Nigeria mengingatkan ada jutaan anak perempuan yang tidak bisa menikmati pendidikan. Mereka adalah saudara saya. Mereka memperkuat tekad saya untuk memperjuangkan hak setiap anak untuk pergi ke sekolah.

Pendidikan adalah senjata terbaik untuk memerangi kemiskinan, pengabaian dan terorisme. Tapi hingga saat ini, ada 57 juta anak di dunia tidak dapat bersekolah. 250 juta lainnya putus sekolah. Kita gagal, padahal kalau mau jujur kita bisa melakukan yang lebih baik.

Sangat mengejutkan mendapati sejak 2010, bantuan untuk pendidikan terus berkurang. Ini membuat saya tak percaya, kita harus meningkatkan dana untuk pendidikan.

Kamis ini, para pendonor dan pemimpin dari negara berkembang akan membahas dana pendidikan di 66 negara berkembang hingga 2018. Saya mungkin sudah kuliah pada saat itu, tetapi jika kita tidak segera bertindak mungkin banyak anak perempuan yang bahkan harus menunggu untuk hari pertama mereka.

Saya berharap pemimpin dunia berkomitmen mendukung "Global Partnership for Education" pekan ini. Banyak anak dunia bergantung pada pertemuan ini. (The Guardian)

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI