Syahdunya Ramadan di Sudan

Ririn Indriani Suara.Com
Jum'at, 04 Juli 2014 | 12:55 WIB
Syahdunya Ramadan di Sudan
Para siswa berkumpul untuk belajar Alquran setelah sahur di Masjid Sheikh Bashir, Sudan. (Foto: Reuters/Mohamed Nureldin Abdallah)

Makanan khas Sudan jarang terbebas dari daging, karena negara ini memang sangat kaya dengan hewan ternak, bahkan Sudan telah menjadi negara pengekspor ternak utama. Daging favorit tetap domba dan ayam dengan ikan (Perch dari sungai Nil) sangat umum di kalangan penduduk kota.

Hidangan yang paling umum adalah mulah waika (okra masak kering) dan mulah rob (susu kental) diambil dengan Kisra (telur dadar seperti pancake yang dicampur dengan sereal).

Cara membuat Kisra berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Orang-orang di bagian barat biasanya lebih memilih bubur kisra, sedangkan di utara lebih memilih lapisan tipis Kisra. Ada juga salatet Zabadi (mentimun atau salad yogurt), adas shorbet (sup miju-miju) dan kofta (bakso).

Tidak seperti masakan Asia, masakan khas Sudan lebih sederhana yang ditambahkan dengan sedikit rempah-rempah. Garam, merica dan lemon adalah bumbu utama.

Makanan dianggap belum lengkap tanpa Shatta - bumbu pedas yang terbuat dari cabai merah digerus dengan jus lemon dan bawang putih; disajikan ketiaka setiap kali makan.

Beberapa keluarga juga menyajikan Mahshi (tomat atau ketimun dengan daging cincang) selama bulan Ramadan, tetapi ini tidak terlalu umum. Di provinsi-provinsi utara, orang lebih suka gurrasa (pancake tebal tepung terigu) yang diambil dengan mulah Bamya yang terbuat dari okra domba rebus.

Makanan Sudan memang lebih banyak menyediakan daging-dagingan, tapi biasanya mereka tidak menggunakan garpu atau pisau untuk memakannya. Meskipun sendok disediakan. Makanan biasanya dimakan dari mangkuk, terutama dalam kasus Kisra, bubur dan gurrasa.

Sebuah minuman ringan Ramadan yang sangat umum adalah abreh yang mungkin baik merah atau putih. Rasanya sedikit manis, minuman yang menyegarkan terbuat dari serpihan tipis tepung sorgum.

Minuman lain termasuk limun dan jus buah dengan jambu biji, jeruk, dan mangga tersedia berlimpah di seluruh negeri. Karena cuaca panas, abreh disajikan sepanjang tahun.

Saat berbuka, tidak akan lengkap tanpa teh dan kopi. Biasanya teh digunakan dan diinfuskan sampai merah tua. Kemudian ditambahkan dengan kayu manis.

Sudan memiliki cara yang sangat berbeda dalam membuat kopi - dan cara ini membuat Sudan populer. Dikenal secara lokal sebagai jabana, kopi disiapkan dengan terlebih dahulu menggoreng biji kopi dalam panci khusus di atas arang dan kemudian menggilingnya dengan cengkeh dan rempah-rempah tertentu.

Kopi direbus dalam air panas dan disajikan dalam cangkir kecil dari ketel tanah liat kecil yang dikenal sebagai aljabana. (Islamweb.net)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI