Banjir besar yang melanda ibukota pada tahun 2007 lalu menjadi titik balik bagi Adeline Tiffanie Suwana. Saat itu rumah Adeline yang terletak di kawasan Kemayoran, Jakarta Utara terendam banjir hingga setinggi paha atau sekitar 60 centimeter.
Padahal sebelumnya, ketinggian air yang menggenangi rumahnya hanya mencapai mata kaki. Banjir besar ini membuat Adeline yang saat itu masih berusia 12 tahun dan masih duduk di bangku SMP bertanya-tanya, mengapa hal ini bisa terjadi. Sayang, jawaban yang didapat dari orang-orang yang ditanyai tak memuaskan gadis yang kini sedang menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini.
"Apalagi saat itu kepedulian orang pada isu lingkungan hidup belum setinggi sekarang," ujarnya kapada suara.com, saat ditemui di sela penyerahan KEHATI Award di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta Selatan, pekan lalu.
Rasa penasaran, membuat gadis kelahiran Jakarta, 26 Desember 1996 ini mulai serius menelisik penyebab banjir di lingkungannya dan mencari bagaimana solusi terbaik. Belakangan ia menyadari semua ini terjadi karena tangan manusia sendiri.
Kita, ujarnya, sering tak peduli pada alam. Membuang sampah sembarangan, menebang pohon tanpa dan membangun tanpa menyisakan cukup ruang hijau di lingkungan. Ia sadar alam bisa menjadi bencana jika kita, manusia yang tinggal di atasnya tidak menjaganya.
Bersama enam temannya yang kebetulan tinggal di lingkungan yang sama dan bersekolah di tempat yang sama, Adeline remaja mulai menggagas berbagai aktifitas untuk menjaga lingkungan. Selain tidak membuang sampah sembarangan, geng yang beranggotakan tujuh orang ini juga tergerak untuk ikut terjun menanam pohon bakau di kawasan Pluit, Jakarta Utara.
Sukses dengan kegiatan ini, Adeline dan gengnya lantas mendirikan Sahabat Alam. Lewat organisasi yang berdiri pada tahun 2008 ini, Adeline yang sedang magang di Otoritas Jasa Keuangan ini berusaha menularkan virus hijau.
Bersama sahabat-sahabatnya yang kini telah menyebar di berbagai kota di Jakarta, ia merancang berbagai kegiatan cinta lingkungan, mulai dari mengolah barang-barang bekas, mengajak seluruh masyarakat untuk naik sepeda, eskpedisi ke taman nasional, dan membersihkan pantai. Adeline juga sering mengunjungi sekolah-sekolah di Jakarta untuk membagi 'ilmunya' tentang lingkungan.
Adeline dan Sahabat Alam tak hanya menyebarkan virus cinta lingkungan, tapi juga melakukan tindakan nyata seperti menginisiasi penanaman pohon di sejumlah jalur hijau, membersihkan sampah yang banyak betebaran di tempat publik. Dan yang menggembirakan adalah banyak anak muda yang antusias mengikuti berbagai kegiatan ini.
"Sebenarnya sekarang makin banyak remaja yang peduli lingkungan, hanya saja mereka tak tahu harus ke mana dan bagaimana mewujudkannya," tambah anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Walau diakui awalnya tak mudah untuk menjalankan misi ini. Adeline dan kawan-kawan kadang harus merelakan uang sakunya untuk menghidupkan kegiatan sahabat alam. Namun kondisi ini membaik, setelah pada 2009, Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) mengganjarnya dengan penghargaan Tunas Lestari Kehati.
Penghargaan ini diberikan kepada kaum muda yang dinilai peduli lingkungan dan berperan positif dalam melestarikan keaneka-ragaman hayati di Indonesia. Sebagian dari hadiah uang yang diterimanya dari penghargaan ini, lantas dialokasikan untuk membiayai kegiatan Sahabat Alam.
Tak hanya itu, penghargaan ini juga membuat makin banyak orang yang melirik Sahabat Alam dan tak segan mendonasikan uangnya untuk menyokong kegiatan pelestarian lingkungan yang dilakukannya.
"Orangtua serta orang terdekat mendukung penuh, sehingga saya tetap optimistis untuk menjalankan organisasi ini. Hingga akhirnya mendapatkan dukungan dari pemerintah serta donasi dari para donatur," jelas gadis yang mengaku suka baca puisi ini.
Penghargaan ini menyuntikkan semangat Adeline untuk mengepakan sayap Sahabat Alam lebih lebar lagi. Apalagi pada saat yang sama, orang makin sadar untuk lebih mencintai dan merawat alam. Dan kini anggota Sahabat Alam menurut Adeline telah mencapai 25.000 orang.
Dan kerja keras Adeline untuk menyebarkan semangat untuk merawat alam dalam enam tahun terakhir, membuahkan sederet penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri. International Diana Award, Indonesia Green Awards, Outstanding Sutdents for the World, Indonesian Ministry of Foreign Affairs, One Billion Trees Planting, Indonesian Ministry of Forestry, dan International Green Awards Gold Winner - Most Sustainable NGO adalah sebagian dari penghargaan yang diterima Adeline.
Berkat kegiatan peduli lingkungan juga mengantarkan Adeline berkesemapatan mengunjungi banyak negara di dunia, untuk menyerap pengetahuan tentang pelestarian lingkungan.
Tapi semua penghargaan itu bukanlah tujuan utama Adeline saat mendirikan Sahabat Alam. Baginya, penghargaan ini adalah bonus. Ia menyimpan mimpi
Sahabat Alam, mampu memberikan motivasi bagi anak muda untuk melakukan tindakan nyata bagi lingkungan di sekitarnya. Agar anak-anak lebih tahu apa yang harus diperbuat untuk menjaga lingkungan serta menyadari apa dampak tindakannya pada lingkungan di sekitarnya.
"Saya ingin makin banyak anak muda memiliki pengetahuan tentang lingkungan. Karena banyak sekali anak muda yang datang ke Sahabat Alam dan bertanya-tanya lingkungan kita ini kenapa seperti ini dan tindakan apa yang harus dilakukan," paparnya.