Makin Banyak Perempuan Indonesia Duduki Posisi Puncak

Sabtu, 07 Maret 2015 | 08:10 WIB
Makin Banyak Perempuan Indonesia Duduki Posisi Puncak
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, merupakan salah satu perempuan Indonesia yang menduduki posisi puncak. (Antara/M Adimaja)

Accenture Indonesia, perusahaan global management consulting, servis teknologi, dan outsourcing mengemukakan jumlah Chief Technology Officer (CTO) atau chief operating officer (CEO) perempuan akan terus bertambah pada tahun 2030.

Perkiraan ini didasarkan pada hasil penelitian yang mengikutsertakan sekitar 3.300 responden dari 30 negara.

Di Indonesia, penelitian ini melibatkan 100 responden. Hasilnya, 7 dari 10 responden (79 persen reponden di Indonesia) yakin bahwa pada tahun 2030 jumlah perempuan yang memiliki jabatan tersebut akan meningkat pesat. Presentase ini lebih besar ketimbang 71 persen responden global.

"Ada 52 persen responden yang menyatakan, di perusahaan tempat mereka bekerja, kini sedang mempersiapkan lebih banyak perempuan pada posisi manajer senior tahun ini, dibandingkan tahun lalu," ungkap Neneng Goenadi, Country Managing Director Accenture Indonesia pada jumpa pers di Jakarta, Jumat (6/3/2015).

Fakta inilah yang membuatnya optimis tentang jumlah pemimpin perusahaan di tahun-tahun mendatang akan banyak diisi oleh kaum perempuan.

"Memang semua tergantung individunya. Namun di perusahaan saya terlihat bahwa saat perempuan memiliki posisi yang cukup tinggi, ia lebih tegas dan lebih detil melakukan pekerjaannya dibandingkan laki-laki," tutur Eka Sari Lorena, pendiri Lorena Group, perusahaan yang bergerak di bidang transportasi.

Namun demikian menurut Eka, saat ini belum semua perusahaan bisa memfasilitasi kinerja para perempuan. Hal ini dikarenakan, masih adanya beberapa bidang pekerjaan yang tidak diminati oleh para perempuan, seperti perusahaan yang dikelolanya, yakni transportasi dan jasa.

Ini terjadi, lanjut Eka, dikarenakan perusahaan yang bergerak di bidang transportasi dan jasa lebih menuntut para pekerjanya untuk turun ke lapangan dengan berbagai medan yang cukup berat.

"Di perusahaan saya, minat perempuan itu memang kurang, karena kita harus turun ke jalan, dengan medan yang kadang berat. Tahu sendiri jalan-jalan di Indonesia seperti apa. Tapi, posisi lain seperti customer service, adminitrasi dan sebagainya banyak perempuan," kata Eka.

Pada penelitian yang melibatkan 50 persen laki-laki dan 50 persen perempuan dari generasi Y atau milenial (32 persen), generasi X (35 persen) dan generasi baby boomers (33 persen) menemukan, sebanyak 57 persen responden Indonesia, bahkan mencapai 80 persen responden global, setuju bahwa pelatihan melalui aktifitas kerja merupakan cara belajar yang paling efektif dan lebih penting dibandingkan pelatihan formal.

Mayoritas responden Indonesia (87 persen) menghargai pelatihan yang diberikan oleh perusahaan mereka, 53 persen responden melihat pelatihan sebagai kesempatan, 25 persen responden melihat sebagai kebutuhan penting, dan 22 persen responden melihat sebagai keduanya.

"Sebanyak 76 persen responden di Indonesia mengatakan bahwa pelatihan telah membantu mereka untuk naik jabatan atau membuat mereka lebih berperan dalam pekerjaan," kata Neneng.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI